REPUBLIKA.CO.ID, CIKAMPEK -- PT Pupuk Kujang Cikampek (PKC), melansir keterserapan pupuk pada musim kemarau ini mengalami penurunan. Terhitung sejak awal Agustus ini, penurunan keterserapan pupuk mencapai 50 persen. Biasanya, dari 3.000 ton per hari, pupuk tersebut didistribusikan ke seluruh wilayah di Jabar dan Banten. Tetapi, saat ini pupuk yang didistribusikan hanya 1.500 ton.
Manajer Komunikasi PT Pupuk Kujang Cikampek, Ade Cahya Kurniawan, mengatakan, penurunan serapan pupuk ini disebabkan musim kemarau. Akibatnya, sejumlah wilayah di Jabar dan Banten terdampak kekeringan. Sehingga, petani tidak bisa bercocok tanam. Dikarenakan, ketersediaan airnya tidak ada.
"Kita akui, saat musim kemarau ini keterserapan pupuk menurun. Sebab, areal pertanian di Jabar dan Banten banyak yang kekeringan," ujar Ade, saat ditemui Republika.co.id, di Gedung Anggrek PKC, Rabu (8/8).
Kekeringan ini, lanjut Ade, terjadi di areal persawahan tadah hujan. Bahkan, sebagian areal sawah yang dialiri air dari irigasi. Karena kondisi ini, otomatis berpengaruh terhadap serapan pupuk.
Selain itu, biasanya setiap hari ada 30 armada yang berkeliling mengantarkan pupuk sampai gudang lini III di tingkat kabupaten. Namun, seiring dengan permintaan yang turun, armada yang beroperasi berkurang jadi tinggal 18 unit.
Meski demikian, lanjut Ade, stok pupuk yang diproduksi Kujang sampai saat ini cukup aman. Pupuk urea yang tersedia di gudang lini II (pabrik) dan gudang lini III tingkat kabupaten/kota, mencapai 69.847 ton. Atau jika diprosentasekan mencapai 370 persen. Stok ini, bisa mencukupi untuk kebutuhan selama dua bulan kedepan.
Khusus untuk wilayah Karawang, Ade menyebutkan, stok yang tersedia mencapai 3.295 ton. Dengan demikian, stok urea yang cukup melimpah ini, diharapkan tidak ada masalah yang dihadapi petani. Terutama, soal kelangkaan pupuk.
"Apalagi, saat ini ada mekanisme baru yang mendukung urea tetap tersedia di distributor. Yaitu, distributor harus tetap menebus pupuk, meskipun belum ada permintaan dari petani," ujarnya.
Sementara itu, Kabid Pangan Dinas Pertanian Karawang, Kuswandi, mengatakan, dampak dari musim kemarau ini ada 14.500 hektare sawah di Karawang yang terlambat tanam. Hal itu, dikarenakan adanya pola pengaturan air irigasi.
"Sawah yang terlambat tanam ini, ada di golongan air empat dan lima alias di wilayah paling hilir," ujar Kuswandi.
Meski demikian, lanjut Kuswandi, pihaknya meyakini seluruh luasan sawah di Karawang yang mencapi 97 ribu hektare bisa tanam semua di musim kemarau ini. Sebab, air suplai dari PJT II Jatiluhur melalui irigasi primer, sekunder dan tersier tetap tersedia. Meskipun, harus ada pola pengaturan air. Supaya, seluruh areal persawahan kebagian air.