REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK UTARA -- Muhammad Amir (42) bercerita tentang kejadian robohnya Masjid Jamiul Jamaah di Dusun Karang Pangsor, Desa Pemenang Barat, Lombok Utara, NTB, saat gempa terjadi pada Ahad (5/8) malam. Rumah Amir berada di seberang masjid. Kampungnya di Karang Petak, Desa Pemenang Timur, berbatasan langsung dengan masjid yang berada di Karang Pangsor.
Saat kejadian, Amir sedang berada di masjid tersebut untuk menunaikan shalat Isya berjamaah yang akan dilanjutkan dengan pengajian rutin malam Senin.
Ada sekitar empat shaf atau sekitar 200 orang yang shalat berjamaah. Tidak semua warga sekitar, tapi ada juga warga dari daerah lain karena masjidnya berada di jalan utama ke Pelabuhan Bangsal. "Saat rukuk terus bangun mau sujud di rakaat ketiga, tiba-tiba goyang, langsung berlarian," ujarnya kepada Republika.co.id di Lombok Utara, NTB, Rabu (8/8).
Baca juga, Kepala BNPB: Semua Sudah Bergerak Bantu Korban Gempa.
Ia yang berada di shaf kedua berlari keluar menuju pintu masjid di sebelah kanan. Tangan dan kepalanya sempat mengenai reruntuhan. Setibanya di luar masjid, ia menatap seketika masjid roboh. Ia tahu masih ada beberapa jamaah di dalam.
"Soalnya ada beberapa jamaah yang masih di dalam dan berpikir mungkin getaran gempa tidak sekuat ini," lanjutnya.
Sejumlah pengungsi menunaikan salat Maghrib di tempat penampungan pengungsi korban gempa bumi di Pemenang, Lombok Utara, Lombok Utara, NTB, Selasa (7/8). Sebanyak 2.935 jiwa korban gempa bumi mengungsi di tempat itu dan diperkirakan akan terus bertambah.
Amir menyampaikan, salah satu jamaah yang diyakini masih berada di dalam adalah Bibi Lalu Muhammad Zohri, Salamah. Perempuan paruh baya itu, kata dia, merupakan pribadi yang rajin shalat jamaah di masjid tersebut dan juga mengikuti pengajian.
Dia berharap, Salamah diberikan keajaiban untuk bisa selamat. Proses penbersihan masjid sendiri terus berlangsung dengan alat berat yang diturunkan tim gabungan.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei mengakui proses distribusi bantuan terhadap gempa Lombok belum dilakukan secara menyeluruh. Hal ini tak lepas dari model gempa bumi yang merupakan bencana yang secara tiba-tiba terjadi. Sedangkan sumber daya daerah memiliki keterbatasan. Meski begitu, proses penanganan darurat bencana terus akan dilakukan kepada seluruh warga terdampak.
"Kami harus meyakinkan bahwa kebutuhan logistik seperti sanitasi, makanan, air bersih, dan lainnya terus dilakukan, memang harus diakui belum tercover 100 persen karena kita tahu ini bencana yang sangat tiba-tiba," ujarnya di Lombok Utara, NTB, Selasa (7/8).
Dia menjelaskan, proses pendataan warga terdampak dan lokasi pengungsi terus diperbaharui guna memudahkan koordinasi penanganan. Ia menyampaikan, sejumlah dukungan bantuan juga mulai berdatangan, baik dari sejumlah kementerian, TNI, Polri, maupun daerah lain seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Bali.
"Sudah pada bergerak semua, bantuan sudah berdatangan dari masyarakat, dunia usaha, dan provinsi lain, Jatim kirim dapur lapangan, Jateng personel ahli dirikan tenda, Bali juga," ucapnya.