Rabu 08 Aug 2018 07:37 WIB

Ustaz Somad Bukan Cawapres Prabowo

Prabowo akan memilih cawapresnya pada Rabu malam.

Rep: Febrianto Adi Saputro, Hasanul Rizqa, Bayu Adji P, Antara/ Red: Andri Saubani
Ustaz Abdul Somad saat sesi foto untuk tokoh Perubahan Republika.
Foto: Republika/Prayogi
Ustaz Abdul Somad saat sesi foto untuk tokoh Perubahan Republika.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Siapa pun yang mendambakan Ustaz Abdul Somad menjadi bakal calon wakil presiden (cawapres) di Pilpres 2019, sepertinya sudah harus mulai memupus harapannya. Prabowo kemungkinan akan memutuskan siapa bakal cawapres pada Rabu (8/8) malam, dan bukan Somad yang akan dipilih.

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon di kediaman Prabowo Subianto, jalan Kertanegara, Jakarta, Selasa (7/8), mengatakan, Prabowo sudah mendapatkan pesan dari Somad, bahwa yang bersangkutan tetap teguh memilih menjadi pendakwah.

"Sudah komunikasi, pesannya langsung ditunjukan suara UAS kepada Prabowo," kata Fadli.

Fadli mengatakan, partainya terus melakukan pembahasan untuk memastikan sosok cawapres yang akan mendampingi Prabowo pada Pilpres 2019, sehingga diharapkan pada Rabu (8/8) malam sudah ada keputusan. Menurut Fadli, pihaknya sudah mengeksplorasi semua kemungkinan pasangan capres-cawapres termasuk rekomendasi dari Ijtima' GNPF Ulama.

"Pembicaraan-pembicaraan dengan partai sudah sangat jauh seperti Demokrat, PKS, maupun PAN. Besok malam (malam ini) sudah bisa kami putuskan," ujar Fadli, Selasa.

Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani juga sudah memberikan petunjuk kemungkinan cawapres yang dipilih Prabowo bukanlah Ustaz Abdul Somad. Somad, kata Muzani, memilih tetap menjadi pendakwah daripada menjadi cawapres.

"Ini barusan ini, kami dapat informasi dari Tanjung Pinang, beliau memilih jalur dakwah dan pendidikan, dan kalau itu betul pilihan beliau tentu saja kami sangat menghormati," kata Muzani usai rapat internal Partai Gerindra di kediaman Prabowo Subianto, Kertanegara, Jakarta, Selasa (7/8).

Muzani mengatakan, Prabowo memang hingga saat ini belum menemui Abdul Somad secara langsung. Itu juga karena kesibukan Somad sebagai pendakwah.

"Sejauh ini UAS kan jadwalnya sangat padat sehingga untuk berjumpa dengan Pak Prabowo sampai sekarang belum terjadi," ujar Muzani.

Sementara untuk memilih cawapres, kata Muzani, Prabowo juga harus terlebih dahulu berbicara dengan calon yang dipilihnya. Namun, ia menilai saat ini sudah tidak cukup waktu untuk hal tersebut.

"Ya kalau itu betul kan, mestinya kenalan dulu. Ini sudah tanggal 7 malam, besok sudah tanggal 8 ya," ujarnya.

Nama Somad mulai digadang-gadang menjadi bakal cawapres Prabowo sejak keluarnya rekomendasi Ijtima' GNPF Ulama pada akhir Juli lalu. Ia menjadi salah satu yang disorongkan kepada Prabowo selain Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Aljufri.

Somad segera menolak rekomendasi itu, namun lobi-lobi GNPF Ulama terus dilancarkan. Termasuk saat beberapa perwakilan GNPF Ulama menemui langsung Prabowo di rumahnya pada Senin (6/8) malam.

Anggota Badan Komunikasi DPP Partai Gerindra Andre Rosiade mengakui, pada pertemuan itu, perwakilan GNPF Ulama dan FPI menyampaikan agar Prabowo memilih Somad sebagai cawapres. Kedatangan perwakilan GNPF Ulama ke rumah Prabowo itu setelah mereka mengadakan pertemuan dengan Somad di Palembang, Sumatra Selatan, pada Jumat (3/8).

Dikonfirmasi Republika, Somad membenarkan pertemuan dengan perwakilan GNPF Ulama itu. Dalam perjumpaan terbaru itu, lulusan S-1 Universitas al-Azhar (Mesir) ini masih bertahan pada opsi menolak maju di Pilpres 2019.

“(Hasil pertemuan) menekankan pilihan utama PS (Prabowo Subianto) – Habib Salim,” kata Ustaz Abdul Somad saat dihubungi, Sabtu (4/8) malam.

Menurut Somad, Ketua Majelis Syuro PKS itu lebih pantas diajukan sebagai pasangan bagi Prabowo untuk Pilpres 2019. Dia pun memberi sinyal bersedia bila suatu waktu diminta mengampanyekan Prabowo-Salim Segaf jelang pesta demokrasi tahun depan.

Bagi lulusan S-2 Darul Hadits (Maroko) tersebut, duet dua tokoh ini menyimbolkan persatuan nasional yang seimbang dalam mewakili unsur-unsur kebangsaan. Di antaranya, Prabowo sebagai sosok prajurit nasionalis, sedangkan Salim Segaf merepresentasikan ulama yang keturunan Rasulullah SAW.

“Prabowo-Habib Salim pasangan tawazun (seimbang) antara ketegasan tentara dan kelembutan ulama; (antara) Jawa dan non-Jawa, (antara) nasionalis-religius plus barokah darah Nabi SAW dalam diri Habib Salim,” sebut peraih anugerah Tokoh Perubahan Republika 2017 itu.

Baca juga:

Element of surprise

Beberapa pengamat politik sebelumnya telah menduga, Somad tidak akan menjadi cawapres Prabowo. Salah satunya adalah Hendri Satrio, yang menilai peluang Somad mendampingi Prabowo kecil. Pendiri lembaga survei Kedai KOPI itu tak yakin Somad akan dijadikan pendamping Prabowo.

Ia menjelaskan, telah banyak ulama mencalonkan diri sebagai capres atau cawapres tapi gagal. Hendri memberi contoh KH Salahuddin Wahid, misalnya, ketika dipasangkan dengan Jenderal (Purn) Wiranto, kalah pada Pilpres 2004. Begitu pula dengan KH Hasyim Muzadi sebagai cawapres yang mendampingi Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri.

Pengamat lain, Refly Harun, menambahkan, Ustaz Somad dijadikan sebagai elemen kejutan (element of surprise) oleh kubu koalisi Prabowo. Dengan memunculkan Somad ke bursa Pilpres 2019, diharapkan itu bisa mengatrol elektabilitas Prabowo yang kini masih tertinggal jauh dari Joko Widodo (Jokowi).

Refly mengibaratkan Prabowo seperti 'kucing yang telah keluar dari karungnya' lantaran sudah pernah ikut pilpres sejak 2009. Tanpa element of surprise, secara elektabilitas, Prabowo jelas bakal sulit mengejar Jokowi sebagai pejawat.

"Jadi karena Prabowo butuh ditingkatkan elektabilitasnya, dimunculkanlah Ustaz Somad sebagai element surprise," saat menjadi pembicara dalam suatu diskusi di sebuah televisi nasional, Selasa (7/8) malam.

[video] Ditanya Soal Abdul Somad, Hasto: Kami Penuh Keyakinan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement