Selasa 07 Aug 2018 20:26 WIB

80 Persen Pasien di RSUD NTB Patah Tulang

Perawatan pascaoperasi harus steril, sedangkan pasien trauma berada di dalam ruangan.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Ani Nursalikah
Tim bantuan medis Universitas Hasanuddin dipimpin Prof Dr Idris Paturusi, mulai melaksanakan  operasi terhadap sejumlah korban luka dan patah tulang akibat gempa Lombok di RSUP NTB.
Foto: Humas Unhas
Tim bantuan medis Universitas Hasanuddin dipimpin Prof Dr Idris Paturusi, mulai melaksanakan operasi terhadap sejumlah korban luka dan patah tulang akibat gempa Lombok di RSUP NTB.

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK UTARA -- Direktur RSUD Provinsi NTB Lalu Hamzi Fikri mengatakan, jumlah pasien korban gempa yang dirawat di RSUD NTB mencapai 200 orang dan diperkirakan akan terus meningkat. Hamzi menyebutkan, mayoritas pasien gempa yang dirawat berasal dari Kabupaten Lombok Utara, dengan jenis luka yang bervariasi, dan 80 persennya karena patah tulang.

Selain dua ahli bedah ortopedi dan dua ahli bedah syaraf yang dimiliki RSUD NTB, Hamzi menyampaikan proses pelayanan juga mendapat bantuan dari 30 tenaga medis dari UGM dan Makassar yang membawa seluruh perlengkapan medisnya.

"Hari ini target kita 100 orang bisa dioperasi," ujar Hamzi di Lombok Utara, NTB, Selasa (7/8).

Hamzi menyampaikan, yang menjadi persoalan saat ini ialah satu pasien biasanya mengalami lebih dari satu patah tulang sehingga memerlukan waktu untuk menangani seluruh pasien. Terlebih, dengan terus masuknya pasien yang dirujuk ke RSUD NTB membuat banyak pasien harus dirawat di tenda darurat yang ada di selasar maupun areal parkir rumah sakit.

Persoalan lainnya terletak pada perawatan pascaoperasi. Pasalnya, prosesi perawatan pascaoperasi harus steril. Sedangkan kondisi di lapangan, banyak pasien gempa yang masih berada di areal parkir RSUP NTB karena trauma berada di ruangan.

photo
Tim bantuan medis Universitas Hasanuddin dipimpin Prof Dr Idris Paturusi, mulai melaksanakan operasi terhadap sejumlah korban luka dan patah tulang akibat gempa Lombok di RSUP NTB.

"Ini PR kita, jangan setelah operasi kena infeksi lagi karena dirawat di luar," lanjutnya.

Hamzi menyampaikan, pasien memilih berada di luar lantaran masih takut berada di dalam ruangan. Ia sudah mencoba meyakinkan pasien kondisi bangunan RSUD NTB aman berdasarkan hasil penilaian dari Dinas PU, ahli dari Makassar dan IPB.

"Kami besok rencana memasukan pasien ke ruangan tapi ini tantangan karena enggak bisa memaksa. Pasien yang di luar itu 200 orang, belum pasien yang di dalam. Persoalan kita mudah-mudahan lebih terurai lagi besok," kata dia.

Staf Ahli Gubernur NTB Bidang Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Nurhandini Eka Dewi mengatakan bantuan tim medis berupa kapal rumah sakit terapung seperti KRI Soeharso dan Satria Airlangga akan segera merapat ke perairan Lombok guna memberikan bantuan pelayanan kesehatan.

Kata Eka, personel medis dari Persatuan Bedah Ortopedi Indonesia juga akan ikut dalam perjalanan menuju ke Lombok Utara. Kapal akan bertolak dari Surabaya dengan membawa sejumlah tenaga medis dari seluruh Indonesia.

"Di atas kapal ada dua ruang operasi, kesepakatannya kalau tidak terlalu parah kerjakan di kapal operasinya, tapi kalau (penyakitnya) kompleks tetap di RSUP NTB. Kita operasi bukan hanya operasi, tapi pascaoperasi rawatnya harus benar juga. Diharapkan besok dua-duanya datang," kata Eka.

Baca juga: PBNU Himpun Dana Rp 1 Miliar untuk Gempa Lombok

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement