REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koordinator Relawan Jokowi Mania (Joman), Immanuel Ebenezer, menampik adanya seruan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk berantem. Joman meminta, seruan Jokowi kepada para pendukungnya jangan disalahartikan.
"Presiden tidak pernah mengatakan mengajak relawan (untuk) berantem presiden perintahnya jelas kita hadapi mereka yang menyebar hoaks, menyebarkan fitnah, tidak ada perintah Presiden yang ajak berantem. Harus dicatat itu," jelas Immanuel Ebenezer saat dihubungi Republika, Senin (6/8).
Joman, kata dia, turut hadir pada saat Jokowi menggelar pertemuan dengan para pendukungnya di Sentul, Bogor, Sabtu (4/8) lalu. Dalam pertemuan tersebut jelasnya, tidak ada intruksi Presiden yang mengajak untuk permusuhan, perkelahian, dan hal lainnya yang menimbulkan kebencian.
"Tidak ada intruksi seperti itu," tegasnya.
Jokowi dalam pidatonya menyampaikan agar para pendukungnya berani dan melawan apabila diajak berantem. Ternyata, seruannya tersebut hanyalah potongan pidato dan kini menimbulkan kontroversi.
"Jadi (maksudnya) jangan memulai perkelahian, tapi jika mereka coba untuk melakukan perkelahian ya kita layani. Itu peritahnya, jadi bukan kita menjadi pelapor perkelahian itu," jelas dia.
Menurutnya banyak yang salah menafsirkan maksud Jokowi saat memberikan instruksi kepada para relawannya sehingga disalahartikan. Padahal, menurut maksud Jokowi merupakan hal positif untuk memberikan semangat kepada para relawannya.
"Maksudnya Presiden lawan-hadapi itu hal positif, masa kita dipukuli kita diam saja, ya enggak bisa dong," ungkap dia,
Immanuel menduga ada logika yang salah dari mereka-mereka yang anti-Jokowi. Sehingga, kemudian menginterpretasikan sesuatu yang kesannya merupakan perintah Presiden untuk berkelahi.
"Presiden perintahnya hadapi, jangan takut, samahalnya dengan orang demokrasi hadapi dengan cara demokratis, intelektual hadapi dengan intelektual," kata dia.
Baca juga: Kiasan 'Kalau Diajak Berantem Juga Berani' yang Disesalkan
Pidato Presiden Jokowi di hadapan ribuan relawan pendukungnya di Bogor, Sabtu (4/8) lalu memang menuai kontroversi. Jokowi pun menanggapi polemik pidatonya tersebut di masyarakat.
Ia meminta, agar pernyataan dalam pidatonya tersebut tak hanya dikutip separuh. Selain itu, ia juga meminta agar pernyataannya tersebut dipahami secara keseluruhan sehingga tak menimbulkan tafsir yang berbeda.
"Siapa yang ngomong? Ditonton yang komplet dong. Coba diruntut dari atas. Jangan diambil sepotongnya saja. Nanti yang enak yang mengomentari kalau seperti itu. Dilihat semuanya secara keseluruhan. Konteksnya akan kelihatan," kata Jokowi usai meninjau venue cabang layar untuk Asian Games 2018 di Ancol, Jakarta Utara, Senin (6/8).