Senin 06 Aug 2018 10:56 WIB

BNPB: Kondisi Trauma Gempa Buat Warga Lombok Semakin Panik

Ketidakpahaman peringatan waspada tsunami membuat kepanikan di masyarakat.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Nur Aini
Proses evakuasi warga dan wisatawan di Gili Trawangan, Senin (6/8).
Foto: Dok. Basarnas Mataram
Proses evakuasi warga dan wisatawan di Gili Trawangan, Senin (6/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut banyak masyarakat tidak paham status waspada peringatan dini tsunami atau smong. Hal itu yang menyebabkan masyarakat mengalami kepanikan dengan membayangkan smong besar.

“Bayangan meraka (masyarakat) tsunami besar. Itu yang membuat panik,” kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam konferensi pers di BNPB Jakarta, Senin (6/8).

Ia menjelaskan besarnya kekuatan gempa memang membangkitkan smong. Namun, tinggi smong hanya berkisar 2 sentimeter (cm) hingga 12 cm. Kemudian, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengakhiri peringatan dini smong pada 20.25 WIB.

Sutopo mengatakan guncangan yang sangat keras membuat masyarakat yang masih dalam kondisi trauma, menjadi semakin panik. Gempa tersebut dirasakan di daerah Sumbawa, Bali, dan Jawa Timur bagian timur. Ia mengatakan, saat itu BPBD setempat langsung mengimbau masyarakat menjauhi kawasan pantai. Masyarakat yang panik langsung menuju perbukitan.

Sutopo mengatakan, hingga pukul 08.00 WIB, terjadi lebih dari 100 gempa susulan. Ia mengatakan Lombok memang daerah rawan gempa. Untuk gempa berkekuatan 7,0 SR, sama mekanismenya dengan gempa berkekuatan 6,4 SR yang mengguncang beberapa waktu lalu. Gempa tersebut berasal dari aktivitas sesar naik Flores dengan mekanisme pergerakan naik.

“Jalur itu rawan gempa, karena jalurnya memanjang dari Flores - Lombok. Sumber gempa berasal dari sesar naik Flores itu, desakan benua Australia,” ujar Sutopo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement