Ahad 05 Aug 2018 20:30 WIB

Gempa Lombok, BMKG: Jauhi Bibir Pantai, Cari tempat Tinggi

BMKG juga meminta masyarakat tetap tenang dan tidak panik

Rep: Wahyu Suryana/Gumanti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Warga Mataram keluar rumah dan terjadi kemacetan di Jalan Majapahit, Mataram, Ahad (5/8), lantaran adanya isu tsunami.
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsyi
Warga Mataram keluar rumah dan terjadi kemacetan di Jalan Majapahit, Mataram, Ahad (5/8), lantaran adanya isu tsunami.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pusat meminta masyarakat Nusa Tenggara Barat (NTB) tetap tenang dan menjauhi bibir pantai. Imbauan dikelurkan usai gempa tujuh skala richter mengguncang Lombok Utara pada Ahad (5/8) malam.

Gempa berlokasi di 8.37 lintang selatan, 116.48 bujur timur, dan kedalaman 15 kilometer tersebut berpotensi tsunami. Meski prediksi gelombang paling tinggi hanya setengah meter, BMKG meminta masyarakat menjauhi bibir pantai.

"Jauhi bibir pantai dan cari tempat yang jauh lebih tinggi, upayakan untuk tetap tenang dan tidak panik," kata Dwikorita melalui rilis yang diterima Republika.co.id, Ahad (5/8) malam.

Baca: Ini Suasana Mencekam Usai Gempa di Mataram

Ia mengatakan, gelombang tsunami yang tiba bisa saja berbeda-beda, dan malah gelombang pertama bisa saja bukan yang terbesar. Sampai saat ini, BMKG terus memantau kondisi terkini pasca gempa.

Koordinasi telah pula dilakukan dengan pihak-pihak terkait seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)."Terus kami pantau dari pusat gempa nasional di Jakarta, termasuk potensi terus terjadinya gempa susulan," ujar Dwikorita.

Baca: Terdampak Gempa, Bandara Ngurah Rai Tetap Beroperasi Normal

Dwikorita menambahkan, hingga pukul 19.51 telah terjadi setidaknya 16 kali gempa susulan dengan magnitudi yang jauh lebih kecil. Namun, masyarakat diminta terus waspada dan tidak mendiami bangunan yang rawan runtuh.

Sementara itu di Mataram, Warga di Kelurahan Kekalik, Kecamatan Sekarbela, berhamburan keluar rumah lantaran gempa berkekuatan 6,8 SR pada Ahad (5/8) sekira pukul 19.50 Wita. Pantauan Republika, gempa kali ini lebih terasa dan juga relatif lebih lama dibandingkan gempa pada Ahad (29/7). Tak lama gempa terjadi, listrik padam membuat suasana terasa mencekam. Sejumlah anak-anak juga menangis akibat panik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement