REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Saat ini perkembangan teknologi telah memasuki era revolusi 4.0. Pada era revolusi 4.0 tersebut, inovasi dan kreativitas telah menciptakan teknologi baru yang dapat mendisrupsi tatanan bidang yang telah ada, tidak terkecuali perguruan tinggi.
Untuk menghadapi era disruptif dan revolusi 4.0, perguruan tinggi harus siap dengan berkembangnya teknologi-teknologi baru. Oleh karena itu, AMIK BSI Yogyakarta bekerja sama dengan AKPAR BSI Yogyakarta menyelenggarakan seminar digination bertempat di Wisma BSI Yogyakarta, Jalan Ringroad Barat, Gamping, Sleman, Yogyakarta, Selasa (1/8).
Seminar yang mengusung tema ‘Transformasi Kampus ke Literasi Digital” ini diikuti oleh dosen, karyawan, serta AMIK dan AKPAR BSI Yogyakarta.
Seminar yang dibuka oleh Direktur BSI, Naba Aji Notoseputro ini mengundang nara sumber Dr Mochamad Wahyudi MM, MKom, MPd dan Suharyanto.
Wahyudi dalam materinya mengatakan, bahwa inovasi pembelajaran di pendidikan tinggi sangat diperlukan pada revolusi industri 4.0 saat ini. Seperti, pengembangan sistem pembelajaran e-learning maupun blended learning dan penerapan literasi digital.
“Pengembangan pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi ini harus ada sinergi yang baik antara dosen, mahasiswa, menghadapi era disruptif dan revolusi 4.0,“ kata Wahyudi dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Jumat (3/8).
Direktur BSI, Naba Aji Notoseputro menjelaskan, diadakannya seminar tersebut sebagai langkah persiapan dosen maupun mahasiswa BSI dalam menghadapi era disruptif dan revolusi industri 4.0.
“Era disruptif dan revolusi 4.0 bukanlah hambatan, akan tetapi dapat menjadi tantangan apabila dosen maupun mahasiswa BSI telah siap untuk menghadapi era tersebut,” kata Naba.
Naba menambahkan, seperti yang dilakukan oleh BSI saat ini melakukan transformasi ke literisasi digital. Tujuannya, dapat menciptakan sistem pembelajaran yang inovatif sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini. Sehingga, dapat menciptakan lulusan yang kompeten.
“Transformasi kampus BSI ke literisasi digital ini perlu adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa dan dosen. Sehingga, kampus BSI, terutama dosen dan mahasiswanya tidak tergerus oleh disrupsi teknologi baru yang semakin inovatif dan kreatif,” kata Naba.
Lebih lanjut, Naba menjelaskan, untuk menghadapi era disruptif saat ini mahasiswa juga harus memiliki kompetensi, inovatif dan kreatif. Mahasiswa BSI harus memiliki kompetensi yang baik, karena setelah lulus kuliah mahasiswa BSI tidak hanya bersaing dengan lulus perguruan tinggi lainnya. Tetapi juga bersaing dengan teknologi yang semakin kreatif dan inovatif.
“Kompetensi lainnya yang harus dimiliki adalah kemampuan sosial, seperti berkoordinasi, bernegosiasi, maupun emotional intelligent. Karena kemampuan tersebut tidak dapat digantikan oleh teknologi,” papar Naba.