Kamis 02 Aug 2018 17:50 WIB

BMKG Ingatkan Potensi Gelombang Tinggi Sepekan Ini

Gelombang menjadi kategori Very Rough Sea pada tanggal 3-4 Agustus 2018.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Angga Indrawan
Puluhan warung dan tanggul penahan ombak di Pantai Karanghawu Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, rusak diterjang gelombang tinggi pada Jumat (27/7).
Foto: Republika/Riga Nurul Iman
Puluhan warung dan tanggul penahan ombak di Pantai Karanghawu Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, rusak diterjang gelombang tinggi pada Jumat (27/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperingatkan ancaman gelombang tinggi yang masih bisa terjadi di beberapa perairan Indonesia mulai Kamis (2/8) hingga Sabtu (4/8).

Kepala Bagian Humas BMKG Indonesia Hary Djatmiko mengatakan, masyarakat perlu mengetahui potensi-potensi gelombang tinggi yang terjadi.

Sebelumnya, Kepala Dwikorita Karniawati menegaskan bahwa hingga akhir Juli 2018 masih terjadi potensi gelombang tinggi di beberapa wilayah perairan di Indonesia.  

Dwikorita dalam keterangannya mengatakan, untuk tujuh hari ke depan (31 Juli-5 Agustus 2018), masyarakat terutama nelayan perlu mewaspadai potensi gelombang potens tinggi Tinggi yang dapat mencapai, 4.0 - 6.0 meter (Very Rough Sea).

"Berpeluang terjadi di Perairan Sabang, Perairan Mentawai, Perairan Bengkulu hingga barat Lampung, Selat Sunda bagian selatan, Perairan selatan Jawa hingga P.Sumba, Selat Bali - Selat Lombok - Selat Alas bagian selatan," ujarnya, Senin Rabu (1/8).

Tetapi, sambungnya, pada 31 Juli-2 Agustus diperkirakan terjadi penurunan tinggi gelombang menjadi kategori Rough Sea, dan akan kembali terjadi peningkatan tinggi gelombang menjadi kategori Very Rough Sea pada tanggal 3-4 Agustus 2018.

Sementara itu, tinggi gelombang 1.25 – 2.5 meter (Moderate Sea) berpeluang terjadi di Selat Ombai, Selat Sape bagian selatan, Laut Timor, Laut Natuna Utara, Perairan utara Kep. Natuna, Laut Natuna, Selat Karimata, Laut Jawa , Selat Makassar, Laut Bali, Laut Flores, Perairan timur Sulawesi Tenggara, Laut Maluku, Laut Seram, Perairan utara Papua, Perairan Fak-fak - Kaimana, Perairan selatan Ambon, Laut Banda, Perairan Kep. Sermata hingga Kep. Tanimbar, Perairan Kep. Kai – Kep. Aru, Laut Arafuru.

Sedangkan  di Selat Malaka bagian utara, Perairan barat Aceh, Perairan timur P. Simeulue hingga Nias, Selat Sumba bagian barat,Perairan selatan P. Sawu –  P. Rote, Laut Sawu berpeluang terjadi tinggi Gelombang 2.5 – 4.0 meter (Rough Sea).

“Gelombang tinggi di Perairan Selatan Indonesia dipicu oleh kecepatan angin yang tinggi. Selain itu, kondisi ini diakibatkan adanya Mascarene High di Samudera Hindia (Barat Australia)," jelasnya.

Kondisi ini juga menyebabkan terjadinya swell akibat dari kejadian mascarene high yang menjalar hingga wilayah Perairan Barat Sumatera, dan Selatan Jawa hingga P. Sumba,”ujar Dwikorita. 

Mascarene  High itu sendiri merupakan kondisi tekanan tinggi yang bertahan di Samudera Hindia (barat Australia) yang memicu terjadinya gelombang tinggi di Perairan Selatan Indonesia. 

Terkait dengan kejadian tenggalamnya kapal Kayu Berkat IIahi, Dwikorita mengungkapkan bahwa pihak BMKG telah memberikan peringatan dini terkait cuaca dan gelombang tinggi di sekitar perairan Sape, Bima, NTB  yang telah disampaikan kepada syahbandar, setiap 12 jam . Bahkan saat ini, telah dapat menginformasikan 6 jam sebelum kejadian secara rutin.

Dwikorita pun mengimbau bagi masyarakat yang sedang menikmati keindahan pantai akan bahaya “Rip Current” yang merupakan arus kuat air yang bergerak menjauh dari pantai sehingga dapat menyapu perenang terkuat sekalipun. 

Rip/Back Current terjadi karena adanya pertemuan ombak yang sejajar dengan garis pantai sehingga menyebabkan terjadinya arus balik dengan kecepatan tinggi hingga lebih 2 m/detik, tergantung kondisi gelombang, pasang surut dan bentuk pantai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement