Kamis 02 Aug 2018 16:40 WIB

75 Manuksrip Jawa Kuno dari British Library Kembali ke Yogya

Kembalinya 75 manuskrip ke Yogyakarta ini patut dirayakan.

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Yusuf Assidiq
Peneliti manuskrip Jawa yang juga dosen Fakultas Humaniora Universitas Indonesia, Peter BR Carey.
Foto: Neni Ridarineni.
Peneliti manuskrip Jawa yang juga dosen Fakultas Humaniora Universitas Indonesia, Peter BR Carey.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Sebanyak 75 manuskrip Jawa kuno yang selama ini berada di British Library sudah kembali ke Yogyakarta. Manuskrip-manuskrip tersebut kini bisa digitalisasi sehingga mampu dieksplor melalui portal yang ada di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah DIY.

Proses  digitalisasi ini berlangsung sejak 20 Maret 2018- 20 Maret 2019. ‘’Hal ini perlu dirayakan karena kembalinya sebanyak 75 manuskrip ini berkat adanya donatur sehingga harus dirayakan. Karena kedaulatan Yogya diambil kembali dengan meluncurkan website sendiri dari manuskrip Jawa Kuno yang sempat dirampas Inggris pada pagi buta tanggal  20 Juni 1821,’’ kata Peter BR Carey yang mengaku anak koloni Inggris dan sudah fasih berbahasa Indonesia, pada wartawan usai beraudiensi dengan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, di Kepatihan Yogyakarta,  Kamis (2/8).

Carey yang juga sebagai peneliti manuskrip Jawa ini mengungkapkan di British Library terdapat sekitar 350 ribu manuskrip, dan 150 manuskrip di antaranya bahasa Jawa. ‘’Dan ada 75 manuskrip di antaranya yang kami yakini berasal dari Yogyakarta. Dari 75 manuskrip tersebut sebanyak 61 manuskrip di antaranya merupakan perampasan Inggris pagi buta terhadap semua isi dari Keraton Yogyakarta pada 20 Juni 1821,’’ ungkapnya.

Dijelaskan, kembalinya manuskrip ini berkat donatur pemilik Indorama yakni seorang India yang ada di Jakarta. Ia mengongkosi 75 manuskrip bisa digitalisasi secara online dan dimuat di portal dengan website sendiri.

Ia mengatakan, dengan Yogyakarta memiliki website sendiri yang berisi 75 manuskrip buku berbahasa Jawa Kuno yang diterbitkan sebelum 1800, maka para peneliti dan cendekiawan yang ingin mengetahui tentang kemajemukan Yogyakarta, belajar tentang sastra Jawa, dan lain-lain tidak harus jauh-jauh datang ke British Library di Inggris.

Carey yang juga sebagai dosen di Fakultas Humaniora Universitas Indonesia ini, menambahkan, di antara 450 museum yang ada di Indonesia, museum di Yogyakarta punya website yang kaya sekali.  Karena itu, kembalinya 75 manuskrip ke Yogyakarta ini patut dirayakan.

Lebih lanjut Carey mengatakan manuskrip naskah Jawa ini perlu diangkat karena isinya yang luar biasa. Terutama, agar generasi milineal mempelajari bahwa budaya Jawa khususnya Yogyakarta itu kaya akan wisdom.

‘’Kalau kita bisa melacak dan membuka pintu yang bisa kita buka untuk meraih wisdom yang lama, hidup kita di dunia akan semakin bijak. Kalau hdup berat sebelah seperti orang Barat, ekonomi yang dominan, buka harmonisasi. Karena itu kita harus bisa memanfaatkan dan betul-betul memperkaya diri dengan banyak sumber dan salah satunya dari budaya Jawa,’’ kata Carey

Secara terpisah, Plt Kepala Dinas Kebudayaan DIY Budi Wibowo mengatakan Carey memang mengharapkan sebanyak 75 manuskrip naskah Jawa Kuno yang bisa dikembali ke Yogyakarta dalam bentuk digital agar dipamerkan. Sehingga masyarakat mengetahui bahwa kandungan yang ada di dalam manuskrip tersebut luar biasa. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement