Rabu 01 Aug 2018 21:50 WIB

Industri Manufaktur di Sumbar Ramai-Ramai Tumbuh Negatif

Penurunan paling besar di alami industri kimia sebesar -48,06 persen (yoy)

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Industri manufaktur
Foto: Prayogi/Republika
Industri manufaktur

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatra Barat (Sumbar) merilis, pertumbuhan produksi manufaktur ukuran besar dan sedang tumbuh -8,45 persen pada kuartal kedua 2018, dibanding periode yang sama tahun 2017. Sementara untuk industri manufaktur mikro dan kecil di Sumbar tumbuh -0,07 persen pada kuartal kedua 2018, dibanding periode yang sama tahun lalu. Di level nasional, baik industri manufaktur besar, sedang, mikro, dan kecil seluruhnya tumbuh positif. 

Kepala BPS Sumbar Sukardi menyebutkan, penyebab turunnya pertumbuhan industri manufaktur di Sumatra Barat disebabkan banyak hal. Untuk industri besar dan sedang (IBS) misalnya, paling banyak dipengaruhi oleh masih terpuruknya harga komoditas sawit dan karet di pasar ekspor. Sementara untuk industri mikro dan kecil (IMK), penurunan pertumbuhan disebabkan adanya peralihan gaya belanja masyarakat yang kini lebih banyak secara daring (online). 

"CPO kan kita dengar harga sawit turun. Sehingga orang tidak bergairah untuk produksi CPO banyak. Kalau mikro kecil ada beberapa komoditas, Juni kemarin belum masuk pasaran pakaian sekolah. Selain itu saat ini lebih banyak orang belanja online," jelas Sukardi, Rabu (1/8). 

BPS merinci penurunan pertumbuhan yang terjadi baik untuk industri besar sedang (IBS) dan industri mikro dan kecil (IMK). Untuk IBS, penurunan paling besar terjadi untuk industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia, dengan penurunan -48,06 persen (tahun ke tahun).

Penurunan paling banyak kedua dialami industri karet, barang dari karet, dan plastik dengan angka -21.97 persen (tahun ke tahun). Industri barang galian bukan logam di Sumbar juga tumbuh minus dengan angka -14,86 persen. 

Untuk IMK, penurunan terbesar terjadi pada industri farmasi, produk obat kimia, dan obat tradisional dengan angka -49.69 persen. Di posisi kedua, industri pakaian jadi tumbuh negatif dengan angka -48,33 persen dibanding tahun lalu. Sementara industri karet, barang dari karet, dan plastik juga tumbuh minus dengan angka -32,98 persen. Terakhir, pertumbuhan industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki juga anjlok sebesar -24,39 persen. 

Sukardi menegaskan, penurunan sebagian besar industri IMK bukan disebabkan anjloknya daya beli masyarakat, namun lebih kepada pola tahunan dan adanya pergeseran metode pembelian masyarakat. Di antara jenis industri mikro dan kecil, industri makanan mengalami pertumbuhan positif dengan angka 22,44 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement