Selasa 31 Jul 2018 16:37 WIB

PAN: Jangan Bersikukuh Gunakan Rekomendasi Ijtima’ Ulama

Zulkifli Hasan meminta PKS tak bersikukuh agar Prabowo memilih kadernya.

Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Zulkifli Hasan (kedua kanan).
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Zulkifli Hasan (kedua kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum DPP PAN Zulkifli Hasan meminta PKS tidak bersikukuh agar Prabowo Subianto menggunakan hasil rekomendasi Forum Ijtima’ GNPF Ulama. Salah satu rekomendasi ijtima’ ulama itu, yakni memilih kader PKS sebagai bakal calon wakil presiden.

"Kita jangan kukuh-kukuhan, capres itu akan memilih pendampingnya dan pada akhirnya capres yang tentukan," kata Zulkifli di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (31/7).

Kader PKS yang direkomendasikan ijtima’ ulama sebagai cawapres pendamping Prabowo, yaitu Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Salim Segaf Al Jufri. Nama lainnya, yakni Ustaz Abdul Somad.

Dia menilai, lebih baik Prabowo sebagai capres memilih sendiri cawapresnya tanpa intervensi dari pihak manapun, termasuk partai pendukungnya. "Terkait cawapres akan terserah pada capresnya, capres menentukan yang mana saja," ujarnya.

Selain itu, dia menilai, partainya memiliki cara sendiri dibanding Demokrat untuk menentukan calon wakil presiden (cawapres) pendamping Prabowo. Menurut dia, PAN memiliki cara sendiri terkait cawapres. 

Karena itu, PAN tidak akan mengikuti langkah seperti Demokrat menyerahkan keputusan cawapres kepada Prabowo setelah resmi berkoalisi dengan Gerindra. "PAN punya cara sendiri, masa ikut ikut cara partai lain, ada caranya, tenang saja. Mudah-mudahan canggih," ucapnya.

Namun, dia mengapresiasi sikap Demokrat terkait penentuan cawapres Prabowo. Sebab, sah-sah saja apabila tiap partai mengusulkan nama cawapres dan pada akhirnya keputusan akhir ditentukan Prabowo.

Zulkifli juga mengapresiasi keputusan Demokrat yang akhirnya bergabung dalam koalisi mengusung Prabowo sebagai capres. Ia meyakini, kehadiran Demokrat dapat menambah kekuatan koalisi.

"Dalam demokrasi, prinsipnya satu orang satu suara sehingga satu suara menentukan menang atau kalah, apalagi Demokrat akan sangat memengaruhi," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement