Sabtu 28 Jul 2018 11:49 WIB

Ketidakpastian Capres Prabowo dan Pesan Habib Rizieq

Prabowo menyatakan siap tidak diusung sebagai capres jika ada calon yang lebih baik.

Rep: Febrianto Adi Saputro, Rahmat Fajar/ Red: Andri Saubani
Ketua umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Ketua umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.

REPUBLIKA.CO.ID, Acara Ijtima' Ulama yang digelar oleh Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama di Jakarta, memunculkan plot politik baru jelang terkait Pilpres 2019. Dalam pidatonya, semalam, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menyatakan siap jika dirinya tidak dipercaya menjadi calon presiden (capres).

"Tapi kalau saya tidak dibutuhkan dan ada orang lain yang lebih baik, saya pun siap mendukung kepentingan rakyat dan umat," Kata Prabowo.

Kendati demikian, dirinya tetap mengaku siap menjadi alat umat dan alat rakyat Indonesia di pilpres 2019 mendatang. Ia juga berkomitmen untuk berjuang kepentingan rakyat Indonesia di tengah persoalan yang dihadapi Indonesia.

"Kita ingin berjuang untuk kepentingan bangsa, rakyat dan umat. Kita ingin Indonesia berdiri di atas kaki sendiri. Dan kita tidak mau jadi antek asing. Itu tekad kita," ucapnya disambut tepuk tangan peserta Ijtima yang hadir.

Pernyataan Prabowo ini terbilang mengejutkan, lantaran selama ini dia adalah calon kuat penantang capres pejawat Joko Widodo (Jokowi) di pilpres tahun depan. Selain tingkat elektabilitasnya yang masih tinggi dari hasil beragam survei, Gerindra sebelumnya juga mengklaim bahwa koalisi partai, termasuk PKS dan PAN telah sepakat mengusung Prabowo sebagai capres.

Seperti diketahui kurang dari sepekan, KPU membuka pendaftaran pasangan capres dan cawapres untuk Pilpres 2019. Sepekan terakhir, para elite pun menggelar pertemuan termasuk kala Prabowo bertemu Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Sekjen Partai Demokrat Hinca Pandjaitan seusai pertemuan SBY-Prabowo, mengakui adanya penjajakan koalisi, tetapi belum ada kesepakatan siapa capres yang bakal diusung. Meski demikian, Hinca memberikan sinyal gerbang untuk mengusung Prabowo menjadi capres pada Pilpres 2019 sudah terbuka lebar.

"Koalisinya kan terbuka luas dan biarkan tim kecil ini terus berjalan mematangkan sampai pada waktunya. Saya kira perbincangan tadi malam terang benderang dan Pak Prabowo kan sebagai capres," ujar Hinca saat ditemui di kediaman SBY di Kuningan, Jakarta, Rabu (25/7).

Jika Demokrat sebagai calon peserta baru koalisi memberikan sinyal dukungan, lantas mengapa Prabowo kini menyiratkan keraguan? Apakah pertemuan dengan ulama, tokoh Muslim, dan Koalisi Keumatan mempengaruhi sikapnya?

Politikus Partai Bulan Bintang (PBB) La Nyalla Mattalitti yang juga hadir di dalam pembukaan Ijtima' Ulama semalam, mengaku tidak yakin bahwa Prabowo mampu mengalahkan Jokowi.

"Enggak bisa, saya yakin nggak akan bisa (kalahkan Jokowi)," kata La Nyalla.

La Nyalla mengaku beberapa orang di jaringannya banyak juga yang tidak berharap kalau Prabowo maju pilpres. Ia pun berharap Prabowo menjadi 'king maker'.

"Kalau Prabowo mau ikhlas melepaskan demi umat, saya yakin yang mau ganti presiden semua takdir Allah, kita kan memberi ikhtiar," ucapnya.

Selain itu, ia pun berharap koalisi oposisi nantinya bisa mencari penantang lain selain Prabowo. Contohnya Yusril, Zulkifli Hasan atau nama baru Anies Baswedan.

"Kan banyak itu," ujar La Nyalla.

Bahkan, kata ia, nama Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra dan mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo menjadi salah satu tokoh yang paling berpotensial melawan capres pejawat Jokowi. "Ini yang bisalah, kalau Gatot bersama Yusril atau Yusril bersama Gatot itu ada lawanlah," katanya.

Menanggapi pidato Prabowo, Ketua Dewan Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al-Jufri menilai pernyataan tersebut adalah bahasa yang disampaikan oleh seorang negarawan. "Itu sangat luar biasa, itu negarawan," kata Salim usai menghadiri Ijtima Ulama di Jakarta, Jumat (27/7).

Menurut dia, jika Prabowo memberi kesempatan tokoh lain yang dianggap lebih baik hal tersebut membuktikan bahwa Prabowo ingin meraih kemenangan di pilpres tanpa harus berkuasa. "Menang tidak hanya ingin berkuasa tapi ingin memberikan yang lebih dari bangsa ini," tuturnya.

Ia pun mengartikan bahwa pernyataan Prabowo tersebut menandakan bahwa mantan Danjen Kopassus tersebut telah legawa jika nantinya bukan dia yang menjadi penantang capres pejawat Joko Widodo (Jokowi). "Artinya kalau ada yang lebih bagus lagi dia siap juga," ucapnya.

DPP PKS pada awal bulan ini menyatakan, pihaknya telah menawarkan sikap resmi PKS yang menginginkan Anies sebagai capres. Direktur Pencapresan DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Suhud Alynudin mengatakan, sikap resmi itu sudah ditawarkan atau dikomunikasikan kepada Gerindra.

"Kami berharap ada kesepakatan dengan Gerindra," ujar Suhud saat dihubungi di Jakarta, Senin (9/7).

Sebelumnya, Suhud menyebut, partai koalisi menyetujui Anies maju sebagai capres 2019 bukan sebagai cawapres layaknya disebutkan Gerindra. Menurut dia, wacana Anies Baswedan sebagai cawapres bagi Prabowo Subianto selayaknya diinginkan Gerindra sangat kecil kemungkinan terealisasi.

Dia menekankan, pengorbanan umat dan rakyat Jakarta terlalu besar jika Anies hanya diusung sebagai cawapres. "Apalagi, saya baca di media, Pak Prabowo dalam pernyataannya sudah mengatakan legawa memberikan jalan buat Anies maju sebagai capres di Pilpres 2019," ujarnya.

Baca juga:

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin menilai, Gerindra akan merugi jika tidak mengusung Prabowo sebagai capres di Pilpres 2019.Menurut Ujang, Prabowo identik dengan Partai Gerindra, begitu juga sebaliknya.

"Jika Prabowo tidak jadi maju dalam pilpres, maka Prabowo akan rugi. Gerindra jika akan mengalami senjakala jika hal itu terjadi, sebab Gerindra tidak akan menikmati elektoral dari ketokohan Prabowo,” ujarnya.

Ujang menjelaskan, karena Pilpres dan Pileg 2019 dilaksanakan serentak, maka maju atau tidaknya Prabowo akan menentukan suara Gerindra. Jika Prabowo tidak jadi maju, kata dia, masyarakat yang mengidolakan Prabowo bisa saja memilih partai lain. Namun, kata Ujang, jika Prabowo maju, maka suara pendukung Prabowo kemungkinan besar akan tetap ke Gerindra.

Pesan Habib Rizieq

Acara Ijtima' GNPF Ulama juga diisi oleh pesan dari Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab yang menyerukan agar partai politik yang selama ini berjuang dengan umat bersatu melawan kedzaliman. Selain Gerindra, PKS, PAN, PBB, Rizieq juga menyerukan kepada ulama yang tergabung dalam GNPF Ulama menggandeng partai baru seperti Partai Idaman dan Berkarya.

Seruan tersebut disampaikan Rizieq melalui rekaman suara dari Makkah, Arab Saudi. Rizieq juga menilai, Partai Demokrat sebagai salah satu partai besar penting untuk dirangkul.

"Ayo satukan untuk koalisi kebhinekaan, negara kesatuan republik Indonesia, Pancasila, undang-undang dasar," ujar Habib Rizieq.

Tanpa menyebut siapa nama capres dan cawapres yang didukungnya, Rizieq mengajak masyarakat agar mendukung capres-cawapres yang disepakati koalisi dan direstui ulama. Ia juga meminta agar Islam dan nasionalis saling melengkapi.

"Koalisi ini akan didukung umat yang selama ini silent majority," kata Habib Rizieq.

photo
Pertemuan Politik Jokowi Vs Prabowo

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement