REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai negara maritim Indonesia merupakan negara yang sangat penting bagi negara-negara industri maju. Karena itu, keamanan maritim Indonesia sesungguhnya tidak dapat dilepaskan dari kondisi perubahan lingkungan strategis karena akan timbul berbagai permasalahan.
“Untuk itu Indonesia perlu terus memperkuat pertahanan dan keamanan (hankam) di wilayah kelautan serta perbatasan,” ujar Guru Besar Ilmu Pertahanan Universitas Pertahanan (Unhan) Laksamana (Purn) Prof Dr Marsetio kepada wartawan, Jumat (27/7).
Menurut Marsetio, keamanan maritim Indonesia sesungguhnya tidak dapat dilepaskan dari kondisi perubahan lingkungan strategis. Ini karena akan timbul berbagai permasalahan.
Terpisah, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan, komitmen dan pencapaian pemerintahan Jokowi di bidang pertahanan tak perlu diragukan lagi. Beberapa di antaranya, peningkatan anggaran untuk mencapai kekuatan pokok minimum (MEF) dapat tercapai, membangun kesejahteraan dan profesional prajurit TNI, penguatan pos perbatasan di Kalimantan, Papua, dan Nusa Tenggara Timur.
Bahkan untuk perbatasan Kalimantan sudah dilengkapi dengan chips agar dapat dipantau bila ada pergeseran. Beberapa alutsista terbaru yang memperkuat TNI, yaitu MBT Leopard, rudal Arhanud, pesawat F-16, pesawat CN 235 MPA, KRI RE Martadinata, serta kapal latih KRI Bima Suci.
Pencapaian itu tidak lepas dari komitmen Jokowi yang kuat terhadap pertahanan dan keamanan. Komitmen tersebut dapat terlihat pula dari bagaimana Jokowi memilih orang-orang tangguh dan visioner dari pensiunan TNI, seperti Moeldoko yang dipilih menjadi kepala staf kepresidenan. "Moeldoko sangat cocok sebagai salah satu pilihan cawapres Jokowi di 2019," ujar Direktur Eksekutif Emrus Corner Emrus Sihombing.