REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR--Sebanyak sembilan kecamatan di Kabupaten Cianjur dilaporkan mulai mengalami dampak dari kekeringan. Di mana di sembilan wilayah tersebut warganya mengalami kesulitan air bersih dan pengairan lahan areal pertanian.
Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur menyebutkan, dari 32 kecamatan di Cianjur sebanyak sembilan diantaranya melaporkan adanya dampak kekeringan. ‘’ Laporan di lapangan ada sembilan kecamatan yang warganya mulai mengalami dampak kekeringan,’’ ujar Sekretaris BPBD Kabupaten Cianjur, Sugeng Supriyatno kepada wartawan Jumat (27/7).
Dampak kekeringan ini tepatnya terjdi di 77 desa yang berada di sembilan kecamatan. Rinciannya yakni Kecamatan Karangtengah sebanyak 16 desa, Kecamatan Cibinong sebanyak 14 desa, Kecamatan Cibeber sebanyak 11 desa dan Kecamatan Sukaresmi sebanyak 1 desa.
Berikutnya Kecamatan Sukaluyu sebanyak 10 desa, Kecamatan Campakamulya sebanyak lima desa, Kecamatan Cijati sebanyak tiga desa, Kecamatan Sindangbarang sebanyak tujuh desa, dan di Kecamatan Naringgul 10 desa.
Menurut Sugeng, pendataan ini mengacu pada adanya surat edaran dari BPBD Provinsi Jabar mengenai kesiapsiagaan menghadapi kemarau dan kekeringan. Sehingga petugas BPBD Cianjur bergerak cepat untuk memantau dampak kekeringan di daerah.
Sugeng menuturkan, dampak kekeringan yang dilaporkan rata-rata menyangkut pasokan air bersih dan sarana pengairan lahan persawahan. Ia menerangkan sembilan kecamatan yang melaporkan kekeringan merupakan kawasan yang setiap tahunnya langganan mengalami hal tersebut.
Kasubbag Umum BPBD Kabupaten Cianjur, Aep Lukmannurdin menambahkan, Pemkab Cianjur akan menindaklanjuti laporan tersebut dengan mendistribuskan air bersih ke wilayah yang kekeringan. Sementara untuk lahan pertanian yang kekeringan akan diatasi Dinas Pertanian.
Untuk penanganan dampak kekeringan lanjut Aep, BPBD mengerahkan tim khusus ke setiap kawasan yang kekeringan. Mereka nantinya melakukan pendataan dan penyaluran bantuan kepada warga yang terdampak kekeringan.