REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) menegaskan meninggalnya murid sekolah dasar (SD) oleh teman sekelasnya dengan cara ditikam gunting di Kecamatan Cikajang termasuk kecelakaan. Ia pun meminta agar semua pihak tidak menekan terduga pelaku dengan begitu pemulihan trauma bisa berjalan efektif.
"Kepada semuanya, saya nyatakan ini adalah kecelakaan dan tak dilakukan secara sengaja," kata Ketua LPAI, Seto Mulyadi alias Kak Seto saat berkunjung ke Mapolres Garut, Kamis (26/7).
Kak Seto mengaku sudah berkomunikasi dengan bocah SD yang melakukan penusukan. Ia menyimpulkan tindakan penusukan diambil atas dasar ingin membela diri karena terus menerus dipukuli oleh korban. Mulanya, kata dia, pelaku penusukan hanya berniat menggunakan gunting untuk menakut-nakuti korban.
(Baca: Kemendikbud akan Terjunkan Tim Tangani Duel Bocah Maut)
Sementara itu, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) berkomitmen mengambil langkah penyembuhan trauma terhadap bocah yang menjadi pelaku duel maut di Garut. Komisioner KPAI, Erlinda mengatakan berkomitmen untuk memulihkan trauma pelaku. Erlinda menyampaikan KPAI akan memfasilitasi proses pemulihan trauma terhadap pelaku.
"Kami mendorong jika memang tempatnya belum memadai atau tidak ada, kami berharap KPAID Tasikmalaya yang bisa mem-backup untuk sementara, trauma healing itu paling penting," ucapnya.
Sebelumnya, bocah SD kelas 6 berinisial FNM (12 tahun) dan HKM (12) terlibat duel di sekolahnya pada Sabtu lalu. Lantaran HKM terdesak, HKM menggunakan gunting untuk menikam FNM. Akibatnya FNM menderita luka parah hingga berujung meninggal dunia.