Selasa 24 Jul 2018 21:09 WIB

Air Bersih Mulai Disalurkan ke Wilayah Kekeringan Sukabumi

Sebagian warga di selatan Kabupaten Sukabumi mulai merasakan dampak kemarau.

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Nur Aini
Krisis air bersih (ilustrasi)
Foto: Antara/Wahdi Septiawan
Krisis air bersih (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi mulai menyalurkan pasokan air bersih kepada warga yang terdampak kekeringan. Salah satunya warga di Desa Sekarwangi, Kecamatan Cibadak pada Selasa (24/7).

"Mulai hari ini pasokan air bersih disalurkan kepada warga yang membutuhkan,’’ ujar Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, BPBD Kabupaten Sukabumi Maman Suherman kepada wartawan Selasa. Untuk tahap pertama lokasi penyaluran air bersih dilakukan di Desa Sekarwangi, Kecamatan Cibadak.

Warga di daerah tersebut sebelumnya mengalami kesulitan air bersih di awal musim kemarau. Pasokan air bersih tersebut disalurkan dengan menggunakan mobil tangki air sebanyak dua unit. Rencananya bantuan serupa juga akan disalurkan ke daerah lain yang terdampak kekeringan.

Sebelumnya, dampak musim kemarau mulai dirasakan oleh sebagian warga di selatan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Pasalnya dalam beberapa pekan terakhir sebagian warga di selatan Sukabumi mulai merasakan kesulitan mendapatkan pasokan air bersih akibat kekeringan.

Salah satunya warga yang tinggal di Kampung Cimapag, Desa Cikarae Toyyibah, Kecamatan Cikidang, Kabupaten Sukabumi. Di wilayah tersebut warganya harus berjalan sejauh satu kilometer untuk mendapatkan pasokan air bersih. Mereka mengambil air ke sumber mata air bersih dengan melalui jalan yang terjal dan licin.

"Warga mengambil air untuk keperluan minum dan buat kebutuhan sehari-hari,’’ ujar warga Kampung Cimapag, Yeti Hayati (30 tahun) kepada wartawan, Selasa (24/7). Ia mengaku harus berjalan sekitar satu kilometer dari rumah hingga ke sumber mata air.

Menurut Yeti, warga terpaksa mengambil ke sumber mata air karena sumur di permukiman warga mengering akibat kemarau. Sehingga warga terpaksa mencari air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jika sumber mata air mengecil maka warga terpaksa membeli air galon dengan harga Rp 9.000 per galon.

Yayah (54) warga lainnya menambahkan, untuk mengambil air membutuhkan perjuangan karena jalannya curam. Namun, warga saat ini tidak mempunyai alternatif lain untuk mendapatkan air bersih.

Sebelumnya, kata Yayah, pada saat musim kemarau pun masih tersedia air. Kini, warga kesulitan mendapatkan air hingga mencari sumber mata air.

Kepala Desa Cikarea Toyyibah Ukat Sukatma mengatakan, dampak kekeringan sudah melanda wilayahnya sejak tiga bulan lalu. "Kami sudah memohon bantuan supaya warga kami menikmati air bersih,’’ kata dia.

Baca: Ribuan Penduduk di Kabupaten Kuningan Krisis Air Bersih

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement