Jumat 20 Jul 2018 04:45 WIB

Gerindra: Prabowo tak akan Tinggalkan Koalisi PKS dan PAN

Prabowo melakukan pertemuan dengan sejumlah elit politik.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nur Aini
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menjenguk Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, Rabu (18/7).
Foto: Republika/Febrianto Adi Saputro
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menjenguk Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, Rabu (18/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Ferry Juliantono menegaskan pertemuan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto berkomunikasi ke semua elit partai politik (parpol) beberapa hari terakhir merupakan komunikasi politik biasa. Pertemuan tersebut dinilainya bukan berarti Gerindra ingin meninggalkan partai koalisi.

"Pertemuan-pertemuan itu tidak dalam konteks Pilpres tetapi membahas persoalan bangsa, khususnya dalam bidang ekonomi. Sedangkan dengan mbak Puan beberapa hari lalu, adalah pertemuan silaturahim biasa setelah Lebaran, dan tidak dalam kapasitas membicarakan capres cawapres," kata Ferry kepada wartawan, Kamis (19/7).

Dia menegaskan pertemuan Prabowo dengan dengan para elit parpol di luar koalisi, bukan berarti PKS dan PAN akan ditinggalkan. "Gerindra sudah menegaskan akan bersama PKS, begitu juga PAN," kata Ferry. Dengan demikian, kata dia, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan aktivitas Prabowo berkomunikasi ke banyak elit baik parpol dan nonparpol.

Sebelum bertemu Ketua Umum Partai Demokrat SBY, Prabowo beberapa kali telah bertemu ke tokoh dan elit parpol. Mereka di antaranya, politisi PDIP yang juga putri Ketua Umum PDIP dan Menteri Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani, ekonom senior yang juga kader PDIP Kwik Kian Gie, dan ekonom serta mantan menteri koordinator kemaritiman Rizal Ramli.

Politisi Gerindra Nizar Zahro mengatakan komunikasi politik yang dilakukan oleh Prabowo Subianto hendaknya tidak dimaknai akan meninggalkan PKS atau PAN. "Komunikasi tersebut dilakukan sebagai ikhtiar untuk menggalang kekuatan guna memenangkan pemilihan presiden tahun 2019," kata Nizar Zahro.

"Hingga kini, Partai Gerindra tetap konsisten membangun koalisi dengan PKS dan PAN. Kedua partai tersebut lebih dikenal sebagai partai berbasis agama. Sedangkan Partai Gerindra merupakan partai yang lebih bercorak nasionalis. Karenanya kombinasi Partai Gerindra, PKS, dan PAN merupakan representasi rakyat dan umat islam Indonesia," kata dia.

Dengan demikian, siapa cawapres dari Prabowo Subianto akan ditentukan bersama partai koalisi yakni PKS dan PAN. Bila partai lain dengan kesamaan visi membangun Indonesia yang lebih berdaulat ingin masuk dalam koalisi, juga akan diajak mendiskusikan cawapres.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement