Kamis 19 Jul 2018 17:04 WIB

Manuver Prabowo

PKS tak mempersoalkan rencana pertemuan antara Prabowo dan SBY

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto didampingi putra Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dan Edhie Baskoro Yudhoyono di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, Rabu (18/7).
Foto: Republika/Febrianto Adi Saputro
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto didampingi putra Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dan Edhie Baskoro Yudhoyono di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, Rabu (18/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bakal calon presiden Prabowo Subianto gencar bermanuver menjelang pembukaan pendaftaran calon presiden dan wakil presiden awal Agustus 2018. Sejumlah pertemuan telah dan akan terus dikebut Ketua Umum Partai Gerindra tersebut demi mengamankan satu tiket menuju Pemilihan Presiden 2019.

Berdasarkan catatan Republika, sejak awal pekan ini, Prabowo menemui beberapa tokoh penting. Pada Senin (16/7) malam, Prabowo menemui Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Said Aqil Siroj di kantor PBNU, Jakarta.

Selepas pertemuan, mantan calon presiden pada pemilihan presiden 2014 itu tak membantah sempat berkonsultasi perihal sosok bakal calon wakil presiden. Ini karena PBNU dinilai institusi penting dan dipercaya masyarakat, terutama umat Islam.

Keesokan harinya, Selasa (17/7), Prabowo menemui Ketua DPP PDIP nonaktif yang juga menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani. Pertemuan dengan putri Megawati Soekarnoputri itu dilakukan senyap tanpa diketahui wartawan. Tidak dijelaskan secara terperinci terkait topik yang dibahas.

Kemudian, pada hari yang sama, Prabowo juga menemui Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan di rumah dinas di Kompleks Widya Chandra, Jakarta. Prabowo mengonfirmasi, pertemuan itu merupakan bagian dari persiapan menuju pendaftaran pilpres 4-10 Agustus 2018.

Ditemui secara terpisah, Zulkifli mengungkapkan, pertemuan dengan Prabowo merupakan bagian dari proses penjajakan menuju pilpres. "Inikan belum jadi, besok bisa lain. Jadi, saya rumuskan ulang satu kalimat, masih proses penjajakan pilpres," kata Zukifli di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (18/7).

Pada Kamis (19/7), seyogianya Prabowo bertemu dengan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Namun, pertemuan yang akan digelar di kediaman SBY di kawasan Mega Kuningan, Jakarta, urung dilaksanakan.

Pihak Partai Demokrat mengonfirmasi alasan penundaan karena kondisi kesehatan SBY. "Pertemuan SBY dengan Prabowo diundur karena Pak SBY kelelahan sehabis dari Pacitan dan Yogyakarta, dan sedang dirawat sejak tanggal 17 Juli di RSPAD," ujar Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Syarief Hasan, kemarin.

Prabowo lantas menjenguk SBY pada sore harinya. Ia membantah ada pembicaraan soal Pilpres 2019. "Enggak ada, enggak ada, ini persahabatan kekeluargaan. Pekan depan kita bicara yang serius," kata Prabowo saat ditemui setelah menjenguk SBY. Ia dikawal dua putra SBY, Agus Harimurti Yudhoyono dan Ibas Yudhoyono.

Prabowo mengaku, pertemuan tersebut lebih banyak membicarakan kisah masa lalu. Keduanya sempat bersama-sama menempuh pendidikan di AKABRI. "Jadi saya ingatkan beliau ini, bapak sudah bukan komandan batalion lagi, harus agak santai gitu. Tapi memang ini musim politik ya, jadi saya juga kemarin repot tanda tangan ini loh pendaftaran caleg. Yang repot semua minta nomor satu," kata Pra bowo sembari tertawa.

Terkait rencana pertemuan susulan, keduanya sepakat untuk mengadakan pertemuan pada pekan depan. Namun, mantan danjen Kopassus itu enggan mengungkapkan waktu dan tempat pertemuan itu dilaksanakan.

Sekretaris Jenderal PKS Mustafa Kamal di kantor KPU, kemarin, tak mempersoalkan rencana pertemuan antara Prabowo dan SBY. Ia meyakini pertemuan keduanya tentu akan menghasilkan titik temu terbaik untuk kepentingan Pemilihan Presiden 2019 mendatang.

Pengamat politik dari UIN Sya rif Hidayatullah Adi Prayitno menilai, manuver Prabowo yang kian gencar merupakan keniscayaan. Ini karena Prabowo belum pasti tampil sebagai capres pada pilpres tahun depan.

Bahkan, menurut Adi, PKS sebagai sekutu utama berpotensi berubah haluan. Ini dengan catatan bacawapres Prabowo bukan berasal dari sembilan yang diusulkan PKS. "Sebab itulah, Gerindra mencoba untuk membuat rencana kedua dengan men dekati partai lain untuk mengantisipasi hengkangnya PKS," ujar Adi.

Adi mengungkapkan, Prabowo membutuhkan dukungan dari partai lain untuk menggenapi syarat 20 persen ambang batas calon presiden. Syarat minimal pengajuan capres adalah 112 kursi di DPR. Gerindra memiliki 73 kursi, sedangkan PKS memiliki 40 kursi sehingga total 113 kursi atau melebihi syarat minimal.

Perihal sosok cawapres, salah satu nama yang kerap disebut-sebut adalah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Namun, berkali-kali, Anies menegaskan tidak memikirkan kontestasi Pemilihan Presiden 2019.

Saat ditemui di kawasan Gelora Bung Karno, Jakarta, kemarin, Anies tampak malu-malu merespons pertanyaan, apakah bersedia menjadi capres atau cawapres. "Masa sih? Perkomporan itu namanya. Saya gini aja, ini semua saya sekarang sedang fokus Jakarta," katanya.

Mantan menteri pendidikan dan kebudayaan itu menuturkan, penentuan capres ataupun cawapres bukan urusan kandidat. Proses itu berada di tangan partai politik yang memiliki hak mengusung. Oleh karena itu, Anies lebih memilih fokus melaksanakan tugas di Ibu Kota.

Kendati demikian, Anies mengaku, tak bisa menolak apabila ada tokoh partai politik yang mengundang untuk bertemu. Ia mencontohkan, pertemuan dengan Ketua Umum PAN yang juga Ketua MPR Zul kifli Hasan, beberapa waktu lalu. "Timingnya jadi pas kemudian framingnya jadi ramai tuh seakan-akan pilpres," ujar dia.

photo
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj (kedua kiri) menerima buku dari Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kedua kanan) yang berkunjung ke kantor PBNU Jakarta, Senin (16/7) malam.

Berharap Puan

Di sisi lain, kubu koalisi pendukung bacapres pejawat, Joko Widodo (Jokowi), masih belum menetapkan sosok bacawapres. Menurut politikus senior PDIP yang juga Sekretaris Kabinet Pramono Anung, pendamping Jokowi kemungkinan besar akan muncul pada detik akhir pendaftaran, 10 Agustus 2018.

Terdapat tiga nama yang sudah dikonfirmasi mantan wali kota Solo itu, yaitu Gubernur Nusa Tenggara Barat Tuan Guru Haji Zainul Majdi (TGB), Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Mahfud MD, dan Ketua Umum Partai Golongan Karya Airlangga Hartarto.

Kendati demikian, politikus senior PDIP Effendi Simbolon berharap putri dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, yakni Puan Maharani, yang terpilih. "Mbak Puan bisa mewakili suara perempuan pada pilpres nanti," katanya saat dihubungi, Selasa (17/7).

Menurut Effendi, rekam jejak Puan yang kini menjabat sebagai menko PMK tidak kalah dengan nama-nama lain. "Saya juga yakin Mbak Puan bisa diterima oleh partai lain," ujarnya. n Febrianto Adi Saputro, Fauziah Mursid, Sri Handayani, Ali Mansur ed: muhammad iqbal

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement