Selasa 17 Jul 2018 19:04 WIB

Dukung Jokowi, TGB Belum Berkomunikasi Lagi dengan PA 212

TGB mendukung Jokowi menjadi presiden untuk dua periode.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Andri Saubani
Tokoh Nasional yang juga Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) menyampikan paparannya saat berkunjung ke kantor Republika, Jakarta, Selasa (17/7).
Foto: Republika/Prayogi
Tokoh Nasional yang juga Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) menyampikan paparannya saat berkunjung ke kantor Republika, Jakarta, Selasa (17/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi menuturkan, hingga kini belum ada komunikasi apa pun antara dirinya dan pihak Persaudaraan Alumni 212 terkait dukungan yang diberikannya kepada Joko Widodo (Jokowi). TGB telah menegaskan, ia mendukung Jokowi untuk menjadi presiden untuk dua periode.

"Belum ada komunikasi apa pun (dengan PA 212)," kata dia seusai berkunjung ke kantor Republika di Warung Buncit, Jakarta Selatan, Selasa (17/7).

Saat ditanya soal apakah akan mengajak pihak PA 212 untuk turut mendukung Jokowi dua periode, TGB mengatakan, belum terpikirkan untuk melakukan itu. "Belum terpikirkan, tapi saya orang yang sangat menghormati pandangan politik siapa pun walaupun berbeda. Kita saling menghormati dan mendoakan dalam kebaikan," tutur dia.

TGB ingin agar di dalam kehidupan sosial, politik, dan ekonomi di negara ini tidak membuat masyarakat saling menihilkan, membinasakan, ataupun menghancurkan. Sebab, dia mengakui, Indonesia sangat heterogen dan semua unsur yang ada tentu saling memperkuat dan melengkapi.

"Sehingga kalau cara pandang saling menihilkan yang kita gunakan di dalam kontestasi apa pun, kita akan hancur sama-sama. Maka, letakkan, pasang preferensi kita pada fastabikul khoirot (berlomba-lomba pada kebaikan)," ujar dia.

TGB mengibaratkan kontestasi politik seperti kompetisi lari 100 meter. Semua yang berada di garis awal adalah anak-anak bangsa terbaik. Karena itu, menurut dia, tidak bisa menganggap orang tertentu pro kafir. Juga tidak bisa menyebut haq pada suatu hal dan menganggap bathil pada hal tertentu lainnya.

"Karena, itu akan menjatuhkan kita kepada hal-hal problematik dalam tataran normatif sebagai umat Islam sebagai seorang Muslim. Karena itu akan masuk pada hak prerogatif Allah yang bisa menilai siapa saja yang lebih baik dibanding yang lain," paparnya.

Manusia, lanjut TGB, tidak bisa memberikan penilaian lebih jauh terhadap orang lain selama orang ini telah bersyahadat. Apalagi, kemungkinan besar yang akan berkontestasi itu semua adalah Muslim. Dengan begitu, logika Muslim dan kufur itu, menurutnya, tidak berlaku.

"Haq dan bathil tidak berlaku. Yang ada bagi saya untuk kepentingan semua adalah fastabiqul khoirot, jadi, munafasah, atau persaingan politik itu dalam konteks yang positif. Hadirkan gagasan-gagasan dan wacana-wacana yang baik," tambahnya.

Salah satu tokoh yang ikut menggawangi koalisi umat Islam, Eggi Sudjana mengklaim, nama TGB yang sempat digadang-gadang saat Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) 212, telah dicoret dan diganti. Ia menilai, TGB selama ini telah membohongi umat Islam seolah-olah berada di pihak melawan pemerintah, namun diam-diam berpihak kepada Jokowi.

"Ini suatu pengelabuan umat. Umat Islam dikelabui TGB dengan tampilan gubernur hafiz Qurannya dan gubernur yang sukses. Ternyata setelah dibongkar kasusnya di KPK, dia berbalik ke Jokowi. Artinya, dia tidak jujur," kata Eggi kepada wartawan, Jumat (6/7).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement