REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dinilai memiliki banyak nilai plus jika dipilih sebagai calon wakil presiden (cawapres) untuk mendampingi Joko Widodo pada Pemilu Presiden 2019. Namun, Airlangga memiliki kelemahan, yaitu belum terlalu populer.
Menurut pengamat politik dari Lingkaran Survei Indonesia Denny JA, Toto Izul Fatah, Airlangga adalah figur bagus, tetapi belum di-branding dengan baik. "Untuk dipilih sebagai cawapres, Airlangga masih harus banyak melakukan pengenalan diri kepada publik," kata Toto ketika dihubungi dari Jakarta, Selasa (17/7).
Ia mengatakan, figur capres dan cawapres harus memiliki popularitas lebih dari 50 persen untuk dapat memenangi pemilu presiden. Dibandingkan dengan sejumlah nama lain yang disebut-sebut sebagai bakal cawapres, ia menambahkan, Airlangga yang saat ini memiliki popularitas 35 persen memang yang tertinggi.
Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Denny JA ini juga menguraikan kelebihan Airlangga. Ia menyatakan, Airlangga adalah ketua umum partai politik besar dan berada di posisi kedua setelah PDI Perjuangan pada Pemilu 2014.
Partai Golkar memiliki 91 kursi di DPR RI atau 16,25 persen. "Airlangga memiliki basis dukungan yang kuat dari kader dan simpatisan Partai Golkar. Kalau Jokowi memilih Airlangga sebagai cawapres, Partai Golkar akan mendukung Jokowi," katanya.
Dari segi prestasi, menurut Toto, Airlangga yang saat ini menduduki jabatan menteri perindustrian pada Kabinet Kerja, termasuk lima menteri yang dinilai berhasil. "Rekam jejak Airlangga juga dinilai baik. Secara moral, Airlangga dinilai bersih dan belum pernah ada kasus hukum," ujarnya.
Menurut Toto, ketika terpilih sebagai ketua umum Partai Golkar pada musyawarah nasional luar biasa (munaslub) di Jakarta, Desember 2016, Airlangga juga melakukan langkah berani. Ia mendeklarasikan Partai Golkar sebagai partai bersih sehingga menghapus persepsi negatif Partai Golkar saat dipimpin Setya Novanto.
Ketika ditanya apakah Airlangga sebagai ketua umum salah satu parpol koalisi apakah tidak akan menghadapi resistensi dari parpol lainnya, menurut Toto, Joko Widodo harus jeli memilih cawapres. Jokowi harus dapat meyakinkan parpol lain yang merupakan mitra koalisi pendukungnya.