Selasa 10 Jul 2018 14:24 WIB

Pengamat: Anggota Koalisi Lebih Berpeluang Dampingi Jokowi

Kandidat dari internal koalisi Jokowi bakal memiliki basis dukungan politik di DPR.

Rep: Adinda Pryanka / Red: Ratna Puspita
Joko Widodo
Foto: Republika/ Wihdan
Joko Widodo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno, mengatakan calon wakil presiden (cawapres) dari kalangan profesional menjadi opsi paling kompromistis bagi kandidat pejawat, Joko Widodo (Jokowi). Kendati demikian, dia berpendapat, anggota partai politik koalisi mempunyai peluang lebih besar dibandingkan profesional sebagai pendamping Jokowi pada pemilihan presiden (pilpres) 2019. 

Adi mengatakan kandidat dari internal koalisi Jokowi memiliki basis dukungan politik yang kuat, terutama di DPR. Dia menambahkan kandidat dari internal koalisi ini terbagi menjadi dua kategori, yaitu PDIP selaku pemimpin koalisi dan anggota partai lain. 

Dari PDIP, nama Puan Maharani yang paling sering disebut sebagai kandidat pendamping Jokowi. Sementara dari internal partai koalisi lainnya, ada Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum PPP Romahurmuziy, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin), dan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan. 

Adi berpendapat dari nama-nama tersebut, Airlangga merupakan sosok yang paling mungkin layak diperhitungkan. Sebagai ketum Golkar, ia memiliki basis dukungan politik yang kuat, terutama di DPR. 

Airlangga juga mempunyai chemistry yang seirama dengan Jokowi. Sebab, saat ini, Airlangga menjabat sebagai menteri perindustrian di kabinet Jokowi-JK.

Adi menilai posisi tersebut seharusnya membuat Airlangga lebih paham akan keinginan Jokowi. Paling penting, ia menambahkan, Airlangga tidak pernah bermanuver apapun, apalagi yang berseberangan dengan Jokowi.

photo
Joko Widodo saat bertemu Airlangga Hartarto. (dok. Istana)

Kendati demikian, ia menilai, pilihan terhadap Airlangga akan memunculkan permasalahan. Persoalannya, yakni kecemburuan politik dari parpol lain tidak bisa terhindarkan. 

Karena itu, ia mengatakan, pilihan terhadap kalangan profesional akan menjadi opsi paling kompromistis untuk menghindari kecemburuan politik parpol koalisi. Problem-nya, apa mungkin parpol koalisi menyediakan red carpet untuk kalangan profesional?" ucap direktur eksekutif Parameter Politik Indonesia tersebut, ketika dihubungi Republika, Selasa (10/7). 

Untuk kalangan profesional, Adi melihat ada Moeldoko, Mahfud MD dan Ma’ruf Amin yang mulai menguat. Ketiganya merupakan sosok yang dapat 'menambal' kelemahan Jokowi terutama soal irisan Islam dan militer. 

"Sebab, lawan Jokowi dikhawatirkan menggunakan sentiman terhadap dua poin ini," katanya. 

Pada akhir pekan lalu, Jokowi mengaku sudah mengantongi nama cawapres. Akan tetapi, ia belum bersedia menyebutkan nama maupun latar belakangnya.  

Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengatakan, pengumuman cawapres Jokowi mempertimbangkan berbagai hal. Salah satunya, yakni menunggu lawan politiknya mengumumkan siapa capres dan cawapres yang diusung. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement