Senin 09 Jul 2018 23:15 WIB

Dedi Mulyadi Perbaiki Mushola di Kabupaten Subang

Dedi Mulyadi mengaku terinspirasi wasiat Sunan Gunung Jati

Ketua DPD Golkar Jabar Dedi Mulyadi, ingin membangun tajug yang ramah anak. Salah satunya, membangun Tajug Al Muttaqien yang berarsitektur panggung di Kampung Pungangan, Desa Rancabango, Kecamatan Patokbeusi, Subang, Senin (9/7).
Foto: Republika/Ita Nina Winarsih
Ketua DPD Golkar Jabar Dedi Mulyadi, ingin membangun tajug yang ramah anak. Salah satunya, membangun Tajug Al Muttaqien yang berarsitektur panggung di Kampung Pungangan, Desa Rancabango, Kecamatan Patokbeusi, Subang, Senin (9/7).

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi memperbaiki mushola kecil atau tajug yang menjadi peninggalan salah seorang guru mengaji pada tahun 1970 di Desa Rancabango, Kecamatan Patokbeusi, Kabupaten Subang, Senin.

"Saya terus terang sedih dan prihatin, ada tajug dalam kondisi seperti ini. Tajug di kampung itu memiliki posisi sentral. Di sana, anak-anak belajar salat berjamaah dan mengaji," katanya, dalam siaran pers yang diterima di Purwakarta, Senin (9/7).

Ia mengatakan, dirinya melakukan perbaikan tajug itu karena terinspirasi wasiat Sunan Gunung Jati yang menegaskan bahwa dirinya menitipkan tajug (mushola kecil) dan fakir miskin kepada penerusnya. Di Kampung Pungangan, Desa Rancabango, Kecamatan Patok Beusi, Kabupaten Subang, Tajug Al Jabbar memiliki nilai sejarah. Pada Tahun 1970, tajug itu mulai dibangun oleh salah seorang guru ngaji. Kondisinya kini memprihatinkan dan tidak terawat dengan baik.

"Tentu kita bangun kembali tajug ini. Kalau ada permintaan warga di daerah lain pun kita bangun. Kita mulai gerakan membangun seribu tajug di Jawa Barat. Targetnya, dalam satu minggu, ada satu tajug di kampung yang kita bangun," kata dia. 

Dalam membangun tajug itu, Dedi Mulyadi bertekad menghiasi tajug di Jawa Barat dengan arsitektur khas daerah. Jika berada di Sunda, maka arsitekturnya harus Sunda. Jika berada di Cirebon, maka arsitekturnya bergaya Cirebon. Pun begitu jika berada di daerah Betawi. 

"Desainnya gaya panggung dengan arsitektur khas. Kita harus mengembalikan cita rasa kultur. Kalau bergaya panggung kan bisa digunakan untuk tempat belajar anak-anak mengaji," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement