REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Kepolisian Daerah (Polda) Bali akan menyelidiki penyebab utama kebakaran puluhan kapal nelayan di Pelabuhan Benoa, Senin (9/7). Kapolda Bali, Irjen Pol Petrus Reinhard Golose mengatakan sejauh ini tidak ada korban jiwa, namun kerugian materiil dari peristiwa ini bisa mencapai Rp 125 miliar.
"Jika satu kapal yang terbakar rugi tiga hingga lima miliar rupiah, maka kerugian keseluruhan bisa mencapai Rp 125 miliar," kata Golose di Pelabuhan Benoa, Senin (9/7).
Setidaknya 39 kapal nelayan terbakar dalam peristiwa yang terjadi sejak pukul 02.00 WITA dini hari tersebut. Golose mengatakan sumber api berasal dari salah satu kapal nelayan yang ditambat di pelabuhan.
Anak buah kapal (ABK) sempat melihat kobaran api dan berusaha memadamkan, namun gagal. Keterbatasan alat pemadam dan jarak kapal satu dengan kapal lain yang sangat berdekatan membuat si jago merah dengan cepat melahap puluhan kapal lainnya.
Kapal-kapal yang terbakar sebagian besar memuat bahan bakar solar yang sangat cepat disambar api. Golose mengatakan timnya akan menyelidiki penyebab utama kebakaran tersebut, apakah sengaja atau murni kecelakaan.
Kondisi bekas-bekas kapal yang terbakar saat ini belum ditarik keluar sebab menunggu jam pasang air laut. Kepala Bidang Penanggulangan Kedaruratan Provinsi Bali, Ida Bagus Yoga menambahkan petugas telah memastikan kapal dan keadaan kosong, sehingga tidak ada korban jiwa.
"Penanganan sudah dilaksanakan sebagian besar. Pemadaman sempat terkendala angin yang sangat kencang," katanya.
Asap hitam pekat masih mengepul hingga saat ini. Kapal-kapal yang terbakar setidaknya miliki tiga perusahaan, seperti kapal milik PT Intimas Surya, PT AKFI, dan PT Bandar Nelayan. Petugas pemadam kebakaran (damkar) yang terlibat, antara lain Damkar Kota Denpasar, Damkar Kabupaten Badung, dan Damkar Pelindo.