REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan ibu negara Ani Yudhoyono mengatakan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat menjabat memberi rambu-rambu agar ibu negara tidak berpolitik praktis. Untuk itu, saat mulai menjadi ibu negara, Ani Yudhoyono mengundurkan diri dari posisi sebagai wakil ketua umum Partai Demokrat yang sudah diembannya selama 2,5 tahun.
"Tidak boleh berpolitik praktis. Saya tidak boleh hanya mementingkan parpol dimana Pak SBY berada," ujar Ani Yudhoyono dalam peluncuran buku "Ani Yudhoyono: 10 Tahun Perjalanan Hati" di Jakarta, Ahad (8/7).
Selain tidak berpolitik praktis, rambu-rambu dari SBY kepadanya saat itu adalah untuk tidak berkecimpung dalam bisnis karena akan menyita waktu dan perhatian. Selain itu, SBY juga mendukungnya untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang dianggap positif, inspiratif dan bermanfaat.
Ani Yudhoyono menekankan tugas paling utama sebagai seorang ibu negara adalah berada di samping presiden untuk memberikan semangat serta dukungan moril dan membantu memelihara kondisi presiden setiap hari. "Saya total menjalankan tugas sebagai ibu negara saat itu," kata Ani Yudhoyono.
Dalam buku itu, perempuan yang baru saja berulang tahun ke-66 itu membeberkan hal-hal penuh gejolak dan emosi yang dilalui sehingga membutuhkan kekuatan fisik dan batin selama bekerja dalam buku setebal 539 halaman itu.
Dalam kesempatan tersebut, SBY membenarkan apa yang disampaikan oleh istrinya mengenai rambu-rambu yang diberikannya serta mendukung istrinya merumuskan sendiri hal yang paling baik dan relevan. "Saya katakan yang penting jangan bisnis dan politik praktis. Paguyuban istri para menteri dan wakil menteri, jajaran kabinet dari berbagai kalangan dan parpol banyak, maka tolong dipastikan bebas politik praktis," ucap SBY.