Jumat 06 Jul 2018 23:55 WIB

Pengamat: Sebagai 'Darah Baru' AHY Punya Rekam Jejak Bersih

Pengamat tak setuju jika AHY disebut belum pantas maju di pilpres.

Doa Bersama Pilkada. Komdan Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono memberikan sambutan sebelum doa bersama jelang Pilkada serentak di kantor DPP Demokrat, Jakarta, Selasa (26/5).
Foto: Republika/ Wihdan
Doa Bersama Pilkada. Komdan Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono memberikan sambutan sebelum doa bersama jelang Pilkada serentak di kantor DPP Demokrat, Jakarta, Selasa (26/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Developing Countries Studies Center (DSCS) Zaenal A Budiyono tidak setuju dengan pendapat dari pihak-pihak yang menilai Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), belum pantas maju di pemilihan presiden (pilpres) 2019. Menurutnya, banyak tokoh nasional muncul tanpa pengalaman memerintah secara nasional sebelumnya.

"Mengenai AHY kurang pengalaman, hal ini tidak relevan. AHY punya pengalaman kepemimpinan yang diakui anak buah, rekan sejawat, atasan maupun luar negeri selama 16 tahun di militer," kata akademisi dari Universitas Al Azhar itu, dalam keterangan tertulis, Jumat (6/7).

Zaenal menjelaskan, para tokoh dan pemimpin bangsa sebelumnya, mulai dari Soeharto, BJ Habibie, Gus Dur, hingga Jokowi, juga tidak punya pengalaman memerintah secara nasional sebelumnya. "Semua tokoh itu muncul bermodalkan keyakinan, keteguhan dan leadership, yang kemudian diuji di lapangan," ujarnya.

Selain itu, Zaenal juga mengatakan seharusnya perkembangan politik di Malaysia, dimana ada menteri yang baru berusia 25 tahun, menjadi inspirasi. Menurutnya, kepemimpinan anak muda kini mendapat momentum seiring gempuran teknologi dan new media. Dalam suasana seperti ini, pemimpin muda dirasakan lebih cepat beradaptasi dengan perubahan.

"Dampak lain, politik yang sebelumnya terlihat kaku dan jauh dari realitas sosial, di tangan anak-anak muda, menjadi lebih berwarna. Sebelumnya di belahan lain, Kanada, Justin Truedue juga terpilih sebagai PM di usia 39 tahun. Maka alasan meragukan kapasitas anak muda jelas sebuah pemikiran ahistoris," jelasnya.

Zaenal mengatakan, nama AHY muncul sebagai figur paling populer di sejumlah lembaga survei. Ia bahkan mengungguli politikus-politikus muda lainnya. Sebagai 'darah baru' di politik dengan rekam jejak yang bersih, membuat AHY mendapat apresiasi publik. Selain itu personality AHY yang terlihat dekat dengan semua kalangan.

"Jadi Kalau kita masih berdebat tentang pantas-tidaknya anak muda masuk ke level national leadership, maka kita akan ketinggalan, bahkan oleh Malaysia, negara yang selama ini kita anggap tertinggal dalam demokrasi," katanya lagi.

Baca juga: Soal Cawapres, Prabowo Subianto: Kita Juga Melirik AHY

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto tidak membantah partainya melirik Ketua Komando Satuan Tugas Bersama Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai salah satu cawapres yang akan mendampinginya. Itu didasari pertimbangan untuk mencari sosok yang mewakili pemilih dari generasi muda.

"Kenapa saya mengatakan kita pun melirik saudara AHY, masalahnya adalah bahwa bagian dari pemilih yang usia di bawah 45 tahun besar sekali. Jadi kalau antara pemilih dan calon di atas itu hubungan emosionalnya terlalu jauh ini tidak baik juga," ujar Prabowo saat diwawancarai wartawan di Kediamannya di Kertanegara, Jakarta Selatan, Jumat (6/7).

Namun untuk kepastian nama cawapresnya,  Prabowo mengatakan masih harus digodok dengan partai politik mitra koalisi Gerindra yakni PAN dan PKS. Sementara nama AHY yang mengemuka usai pertemuan Prabowo dengan perwakilan Partai Demokrat Syarief Hasan, Kamis (5/7) semalam, menurut Prabowo pertemuan itu masih dalam penjajakan. Sehingga aspirasi tentunya masih harus dibicarakan dengan mitra koalisi partai.

Baca juga: Ketua DPP PAN: Kecil Kemungkinan Duet Prabowo-AHY di Pilpres

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement