Jumat 06 Jul 2018 18:42 WIB

BMKG: Embun Upas di Dieng Akibat Penurunan Suhu

Embun upas atau bunga es muncul dalam beberapa hari terakhir di Dataran Tinggi Dieng.

Gunung Dieng.
Foto: IST
Gunung Dieng.

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARNEGARA -- Embun upas yang muncul di Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, dalam beberapa hari terakhir terjadi akibat penurunan suhu secara signifikan. Hal itu diungkapkan Kepala Stasiun Geofisika BMKG Banjarnegara Setyoajie Prayoedie.

 

"Secara umum, Jawa Tengah sudah masuk musim kemarau, khususnya daerah Dieng. Pada musim kemarau, peluang terjadi hujan sangat kecil, karena tidak banyak tutupan awan yang berpotensi hujan," katanya di Banjarnegara, Jumat (6/7).

Menurut dia, energi panas matahari yang terpantul dari bumi langsung hilang ke atmosfer, sehingga tidak ada pantulan balik ke bumi oleh awan yang menyebabkan udara relatif hangat seperti yang terjadi pada musim hujan.

Ia mengatakan kondisi tersebut jika terjadi terus-menerus menyebabkan udara makin dingin dan embun upas dapat terjadi ketika uap air membeku akibat penurunan suhu secara signifikan.

"Berdasarkan pengamatan cuaca di Stasiun Geofisika Banjarnegara yang berada pada ketinggian 608 mdpl (meter di atas permukaan laut), tercatat suhu udara rata-rata dalam empat hari terakhir atau 1-4 Juli berkisar 20,7-23.4 derajat Celsius dan suhu minimum dapat mencapai 18,2-19,2 derajat Celsius," katanya.

Ia mengatakan jika berdasarkan asumsi setiap kenaikan ketinggian 100 meter terjadi penurunan suhu 0,5 derajat Celsius, suhu udara di daerah Dieng yang memiliki ketinggian sekitar 2065 mdpl pada tanggal 1-4 Juli rata-rata diperkirakan berkisar 13,7-16.4 derajat Celsius dan suhu minimum dapat mencapai 11,2-12,2 derajat Celsius.

"Perlu diketahui bahwa tanah lebih mudah menyerap panas dan lebih mudah melepaskan panas, ditambah lagi dengan topografi Dieng yang berupa dataran tinggi. Kondisi yang sangat dingin ini berdampak suhu udara bisa mencapai 0 (nol) derajat yang dapat menyebabkan uap air atau embun menjadi beku," katanya.

Lebih lanjut, Setyoajie mengatakan masyarakat Jawa mengenalnya dengan istilah "musim bediding" dimana terjadi perubahan signifikan suhu pada awal musim kemarau.

Menurut dia, akibat langsung dari perubahan suhu udara tersebut adalah munculnya fenomena embun es di Dieng yang dikenal masyarakat setempat dengan istilah embun upas atau embun beracun karena berdampak buruk bagi petani sayuran di daerah dataran tinggi itu. "Walaupun embun upas yang terjadi semalam masuk kategori tipis, namun dapat menyebabkan bibit tanaman menguning dan mati," katanya.

Ia mengatakan langkah antisipasi terkait dengan fenomena embun upas bagi petani adalah perlunya pengaturan pola tanam yang memanfaatkan info iklim BMKG dengan memilih dan menanam varietas tanaman yang siap terhadap embun upas pada musim kemarau.

Selain itu, kata dia, petani juga perlu aktif berkonsultasi dengan Petugas Penyuluh Lapangan Pertanian terkait dengan bagaimana memperlakukan tanaman pada musim kemarau dan "bediding" sehingga dapat meminimalisasi dampak kerugian akibat embun upas pada petani di Dieng.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement