REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Indonesian Public Institute (IPI), Karyono Wibowo menilai wacana poros ketiga yang digaungkan Partai Demokrat dapat menggerus elektabilitas Joko Widodo (Jokowi) pada pemilihan presiden (pilpres) 2019.
"Kalau seandainya muncul poros ketiga maka berpotensi menggerus elektabilitas Jokowi. Masalahnya, adalah elektabilitas Jokowi saat ini masih dikisaran 50 persen," kata Karyono saat menjadi pembicara diskusi tentang "Peta Kekuatan Capres Pasca Pilkada Serentak", di Balai Sarwono, Jakarta Selatan, Kamis (5/7).
Berdasarkan hasil survei kuantitatif yang dilakukanya pada 20 April sampai 20 Mei 2018 dengan sampel 2040 responden, margin of erorr sekitar 2,2 persen, elektabilitas Jokowi sekitar 50 persen.
"Memang dari hasil survei itu Jokowi memang masih tinggi. Kalau kita bicara elektabilitas capres 2019, memang masih didominasi dua figur calon, Jokowi dan Prabowo. Tokoh-tokoh lain seperti Gatot Nurmantyo, Anies Baswedan, AHY, Sri Mulyani dan Airlangga Hartarto, ketum-ketum parpol itu masih di bawah lima persen. Jadi di bawah Prabowo itu ada Anies, ada AHY," jelas Direktur IPI ini.
Menurut dia, bila dalam "top of mind", jawaban spontan, apabila hari ini pilpres, langsung spontan menjawab Jokowi dengan 43,5 persen dan Prabowo 16,2 persen.
Ia berpendapat dengan elektabilitas Jokowi sekitar 50 persen itu untuk ukuran incumbent belum pada posisi aman dan sangat rawan kalah dari lawannya.
Hal itu berbeda dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di periode kedua, dimana elektabilitasnya sekitar 70 persen, meskipun hasil akhirnya mengalami penurunan.
"Untuk kasus Jokowi saat ini, tim koalisinya jangan terlalu congkak, jangan sekedar membuat Jokowi itu senang /confident. Beliau harus diberi masukan dengan kondisi ril. Ada pendapat pak Jokowi dipasangkan dengan siapa pun jadi, jangan. ini berbahaya. Saya sayang dengan Pak Jokowi, makanya saya ingatkan," ucapnya.