Rabu 04 Jul 2018 14:24 WIB

Hindari Hotspot, KLHK Luncurkan SMS Blast

Sejak Januari hingga Juni tahun ini sudah tercatat 700 hotspot.

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Dwi Murdaningsih
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya dan Menkominfo Rudiantara (tengah) meluncurkan sistem penyampaian informasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) melalui SMS Blast, Rabu (4/7).
Foto: Republika/Melisa Riska Putri
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya dan Menkominfo Rudiantara (tengah) meluncurkan sistem penyampaian informasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) melalui SMS Blast, Rabu (4/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) meluncurkan Sistem Informasi Kebakaran Hutan dan Lahan Melalui SMS (SMS Blast). Pesan singkat ini bertujuan untuk pemberian peringatan dan informasi deteksi dini kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).

Menteri LHK Siti Nurbaya mengatakan, sebelumnya KLHK telah meluncurkan Sistem Manajemen Peringatan dan Deteksi Dini Kebakaran Hutan dan Lahan. Sistem ini membuat masyarakat bisa mengetahui jumlah titik panas dan titlk api secara langsung melalui laman sipongi.menlhk.go.id.

"(SMS blast--Red) ini masih konvensional tapi lebih baik. Tidak sampai 24 jam info sudah masuk," katanya seusai meluncurkan layanan SMS ini di Gedung Manggala Wanabakti, Rabu (4/7).

Menurutnya, SMS Blast perlu dilakukan melihat peningkatan penggunaan ponsel pintar di masyarakat sehingga penyampaian informasi lebih efektif dan langsung dapat diakses oleh masyarakat. Bertepatan juga dengan pelaksanaan ajang olahraga se-Asia, Asian Games XVIII 2018 di Jakarta dan Palembang, Siti berharap SMS Blast lni mampu memberikan edukasi bagi masyarakat untuk melakukan pencegahan karhutla yang ada di daerah mereka. Terutama yang berada di kawasan pelaksanaan ajang ini, seperti Provinsi Riau dan Jambi.

Siti berharap, melalui SMS ini, Indonesia kembali mampu mengendalikan kebakaran hutan dan lahan dan mengulangi keberhasilan yang terjadi pada tahun lalu dengan menekan laju karhutla hingga 71 persen pada 2017.

Direktur Pengendalian Hutan dan Lahan KLHK Raffles B Panjaitan mengatakan, sejak Januari hingga Juni tahun ini sudah tercatat 700 titik panas atau hotspot. Sementara, lahan yang terbakar mencapai 22 ribu hektare, mengingat tahun ini lebih panas dibanding 2017.

"Luasanya beda 30 persenan lebih tinggi dari tahun lalu, tapi lebih rendah dari 2016 dan 2015," kata dia.

Ia menambahkan, lahan yang terbakar merupakan daerah remote sehingga sulit dilakukan pemadaman dari darat. Namun, kini Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah mempersiapkan diri dengan menyediakan helikopter di Sumatra Selatan, Riau, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah untuk memudahkan pemadaman karhutla.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement