REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Provinsi Bali, beroperasi normal di tengah erupsi Gunung Agung di Kabupaten Karangasem. Erupsi strombolian dengan dentuman keras sempat terjadi Rabu (3/7) malam yang menyebabkan kebakaran hutan di lereng timur dan selatan gunung berapi tertinggi di Bali tersebut.
Aktivitas seismik Gunung Agung terus berlanjut hingga Selasa (3/7). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat sampai siang ini telah terjadi dua kali erupsi, yaitu pukul 04.13 WITA dan 09.28 WITA.
Erupsi pertama yang terjadi dini hari berdurasi lama, sekitar tujuh menit. Kolom abu teramati berwarna putih hingga intensitas tebal condong ke barat setinggi dua ribu meter. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 21 milimeter (mm).
Erupsi kedua berdurasi tiga menit dan 38 deetik denan tinggi kolom abu teramati dua ribu meter di atas puncak. Amplitudo maksimum 24 mm dan kolom abu tebal condong ke barat.
Manajemen PT Angkasa Pura I Cabang Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai menginformasikan bandara masih beroperasi normal. Pantauan Satelit Himawari sampai pukul 10.00 WITA menunjukkan arah angin dan sebaran abu vulkanis yang mengarah ke barat belum menutupi kawasan ruang udara bandara.
"Hasil paper test sampai pukul 09.00 WITA menunjukkan hasil nihil atau tidak digunakan debu vulkanis," kata kata Communication and Legal Section Head Bandara I Gusti Ngurah Rai, Arie Ahsanurrohim, Selasa (3/7).
Angkasa Pura I terus berkoordinasi dengan pihak terkait untuk meminitor penyebaran debu vulkanis secara berkala. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Direktorat Navigasi Penerbangan, AirNav Indonesia, dan seluruh maskapai tak ketinggalan dilibatkan.
"Rencana kontingensi pun sudah diantisipasi untuk tetap memberi pelayanan maksimal kepada penumpang dalam masa siaga ini," katanya.