REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Nasdem yang mengklaim paling banyak meraih kemenangan pada pilkada serentak 2018 dinilai sebagai klaim semu. Sebab, kemenangan pada pilkada adalah keberhasilan memenangkan kader partai menjadi kepala daerah dan wakil kepada daerah.
Direktur Eksekutif Segitiga Intsitute, Muhammad Sukron mengatakan, partai tidak perlu mengklaim kemenangan jika hanya menggenapi syarat dukungan di sejumlah daerah. Begitu juga ketika pasangan calon yang didukung bukan kader sendiri, tetapi hanya mendukung kader-kader dari partai besar.
"Apalagi dibesar-besarkan. Itu namanya kemenangan semu,” katanya melalui pernyataan tertulisnya di Jakarta, Ahad (1/7).
Ia menambahkan kemenangan dalam pilkada seharus dilihat dari jumlah kader partai yang berhasil memenangkan pilkada serta menjadi kepala daerah atau wakil kepala daerah. "Kemenangan kader partai sendiri yang menjadi tolok ukur keberhasilan kaderisasi kepemimpinan partai tersebut,” kata dia.
Baca Juga: Eva: Hasil Pilkada Buktikan Keberhasilan Kaderisasi PDIP
Nasdem mengklaim paling banyak memenangkan pilkada serentak 2018. Dari 17 pilkada provinsi, Nasdem mengklaim menang di 11 provinsi.
Padahal, dari jumlah kemenangan tersebut, Partai Nasdem hanya berhasil mendudukan empat kadernya, yakni tiga kader di posisi gubernur serta satu kader di posisi wakil gubernur.
Ketiganya, yakni Viktor Laiskodat (NTT), Herman Deru (Sumsel) dan Ali Mazi (Sultra). Dari tiga gubernur tersebut, hanya Viktor Laiskodat yang kader asli Partai Nasdem. Sementara itu, Herman Deru diketahui masuk ke Partai Nasdem saat mendaftar sebagai calon gubernur dan Ali Mazi adalah kader senior Partai Golkar.
Baca Juga: Willy: 11 Kandidat yang Diusung Nasdem Menang di Pilkada