Jumat 29 Jun 2018 18:09 WIB

Peneliti LIPI Terangkan Bahaya Ikan Predator Arapaima

Peneliti LIPI menyarankan ikan Arapaima gigas segera ditangkap.

Arapaima gigas atau ikan monster.
Foto: Ist
Arapaima gigas atau ikan monster.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Iktiologi dari Pusat Penelitian Biologi LIPI, yakni Renny Kurnia Hadiaty dan Haryono, menyarankan agar ikan Arapaima gigas asal Brasil segera ditangkap di perairan umum Indonesia. Peraturan larangan masuknya ikan Arapaima gigas ke perairan Indonesia telah diterapkan Menteri Kelautan dan Perikanan pada 2014.

"Sebaiknya segera dilakukan sosialisasi pada para pelaku, pengusaha, dan pemelihara ikan hias serta segera diterapkan, dikenakan sanksi bagi para pelanggar aturan tersebut," kata Renny di Jakarta, Jumat (29/6).

Ia menegaskan, ikan tersebut termasuk dalam kategori predator ikan air tawar yang berbahaya bagi fauna akuatik asli Indonesia. Sementara itu, Haryono mengatakan, masyarakat bila menjumpai ikan serupa lagi di perairan umum agar segera menangkap ikan tersebut.

Ikan segera dikeluarkan dari perairan. Dagingnya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar karena di negara asalnya pun daging ikan ini bisa dikonsumsi.

Ikan Arapaima gigas ini adalah salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki bentuk unik. Hal ini membuat siapa saja akan tertarik dengan jenis ikan satu itu.

Namun, ikan Arapaima gigas ternyata cukup berbahaya. Terutama untuk ikan asli Indonesia karena bersifat karnivor atau predator, makanannya berupa ikan jenis lain, krustasea, katak, dan burung yang dijumpai di sekitar permukaan perairan.

Keberadaan Arapaima gigas apabila sampai masuk ke perairan umum Indonesia dapat menjadi kompetitor untuk ikan asli dalam mendapat makanan maupun pemanfaatan ruang, bila ukurannya sama dengan ikan asli. Namun, karena ukurannya dapat mencapai tiga hingga empat meter dengan berat ratusan kilogram, tentu bisa menghabiskan fauna akuatik asli di perairan mana pun.

Kemampuan ikan arapaima

Renny mengatakan, kemampuan bertahan ikan Arapaima gigas di perairan umum sangat baik, meskipun kondisi perairan yang tidak bagus karena ikan ini dapat mengambil oksigen langsung dari udara. Struktur insang hanya berfungsi saat masih juvenil (remaja).

Seiring dengan pertumbuhan ikan itu, insang tersebut mengalami transisi menjadi paru-paru primitif yang memungkinkan ikan ini untuk beradaptasi di lingkungan yang buruk dan rendah kadar oksigen sekalipun. Hal lainnya adalah induk Arapaima gigas mempunyai pola pengasuhan, jantan dan betina bekerja sama membuat lubang dengan lebar sekitar 50 sentimeter dan kedalaman 20 sentimeter.

Betina akan meletakkan telurnya yang dapat mencapai 50 ribu butir di lubang tersebut, lalu jantan membuahi telur dan telur itu pun dijaga dengan baik oleh si jantan. Selain itu, ia mengemukakan, warna kepala ikan ini berubah menjadi lebih gelap untuk melindungi keberadaan junvenil-nya yang baru menetas. Setelah anak-anaknya cukup besar, induk jantan warnanya kembali lebih cerah dan berenang meninggalkan mereka.

Kondisi di Brasil

Menurut Haryono, di negara asalnya, ikan Arapaima gigas sudah mengalami overfishing. Sehingga, Pemerintah Brasil melarang untuk menangkapnya sejak 2001, tetapi illegal fishing masih terus berlanjut hingga diduga populasinya makin menurun.

Menurut World Conservation Monitoring Centre, ikan ini telah masuk dalam Red List of Threathened Species IUCN 1996, walaupun IUCN belum menetapkan status karena tidak adanya data mendetail tentang status populasinya. Arapaima gigas telah pula masuk dalam daftar Convention International Trade in Endangered (CITES) dan tergolong Appendix II, berarti ikan spesies ini belum mengalami kepunahan, tetapi harus dikontrol perdagangannya untuk mencegah hal-hal yang berimbas pada kelestarian, keberadaannya di alam.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement