REPUBLIKA.CO.ID, SIMALUNGUN -- Memasuki hari keenam, dua alat multibeam side scan sonar diturunkan untuk mencari bangkai KM Sinar Bangun dan ratusan penumpangnya di Danau Toba. Alat kedua tiba pada Jumat malam (22/6).
Alat ini diklaim mampu mendeteksi benda hingga kedalaman 2.000 meter. Kepala Basarnas, M Syaugi mengatakan, alat multibeam side scan sonar yang baru didatangkan dari Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, memiliki kemampuan melebihi alat pertama. Alat yang sebelumnya dipakai hanya mampu mendeteksi hingga kedalaman 600 meter.
"Harapan saya dengan alat baru ini bisa melihat kapal itu di mana. Kalau kedalaman ini (Danau Toba) tidak lebih dari 2.000 meter, pasti bisa," kata Syaugi, Sabtu (23/6).
Tim SAR gabungan melakukan pencarian korban tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba, Simalungun, Sumatera Utara, Sabtu (23/6).
Tak hanya mampu mencapai kedalaman hingga 2.000 meter, Syaugi menjelaskan, alat baru itu juga bisa mendeteksi keberadaan benda di samping kanan dan kiri yang berjarak maksimal 500 meter. Meski begitu, dia mengatakan, tim tetap menggunakan alat milik TNI Angkatan Laut dengan jarak deteksi 600 meter yang telah dipakai sebelumnya.
"Dengan menggunakan dua alat pemindai sonar ini, wilayah ini akan kami sapu. Karena alat ini sangat canggih," ujar dia.
Syaugi berharap kedalaman Danau Toba tidak melebihi dua kilometer sehingga alat tersebut dapat bekerja maksimal. Jika nantinya kedua pemindai sonar itu tetap tidak mampu mendeteksi keberadaan KM Sinar Bangun, maka ia akan kembali mengevaluasi tahap demi tahap yang dilakukan sejak hari pertama.
Baca juga: Lima Kapal Penyeberangan Besar akan Disiapkan di Danau Toba