REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Herizal, mengatakan bahwa suhu udara pada puncak musim kemarau diperkirakan bisa mencapai 37 derajat Celsius. Puncak itu diperkirakan terjadi pada September 2018
"Saat ini suhu udara memang terasa panas, tapi pada September nanti bisa mencapai 37 derajat Celsius saat puncak musim kemarau," katanya di Jakarta, Kamis (21/6).
Untuk itu, ia mengimbau agar semua pihak siaga menghadapi musim kemarau karena biasanya terjadi kebakaran hutan dan lahan serta dampak lainnya, seperti kekurangan air bersih dan juga dehidrasi.
"Jadi, kita sampaikan lebih awal agar pihak-pihak terkait dan masyarakat lebih siap," katanya menambahkan.
Sejak puasa Ramadhan hingga Lebaran Idul Fitri 1439 Hijriyah, suhu udara di sejumlah daerah cukup tinggi, yaitu di atas 30 derajat Celsius. Di ibu kota Jakarta pada dua hari terakhir tercatat suhu mencapai 34 derajat Celsius.
Saat ini, 60 persen wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau, sedangkan 40 persen sisanya pada masa transisi musim hujan ke musim kemarau.
Meski musim kemarau, BMKG juga mengimbau masyarakat untuk tetap mewaspadai potensi cuaca ekstrem, terutama dalam sepekan ke depan, karena adanya anomali cuaca akibat sistem pola tekanan rendah di Samudra Pasifik sebelah timur Filipina.
Selain itu, ada aliran udara basah dari Samudra Hindia; sistem sirkulasi siklonik di wilayah Samudra Hindia barat Bengkulu, Selat Karimata, dan Selat Makassar yang mengakibatkan terjadinya pola pertemuan aliran udara di bagian selatan Kalimantan, perairan selatan Bangka-Belitung, Sumatra Selatan-Lampung, Bengkulu, hingga Samudra Hindia; dan belokan angin di wilayah Aceh dan Sumatra Utara.