Rabu 20 Jun 2018 01:15 WIB

Pengamat: Cawapres Jokowi Kemungkinan dari Tokoh Profesional

Tidak cuma masyarakat, Parpol pesaing pun tengah menunggu cawapres untuk Jokowi.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Bayu Hermawan
Pangi Syarwi Chaniago, Pengamat Politik Sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Reseach and Consulting.
Foto: dok. Pribadi
Pangi Syarwi Chaniago, Pengamat Politik Sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Reseach and Consulting.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Siapa tokoh yang bakal diusung menjadi calon wakil presiden (cawapres) Joko Widodo (Jokowi) masih menjadi tanda tanya. Saat ini bukan cuma masyarakat, Partai Gerindra juga menunggu siapa tokoh yang akan dipasangkan dengan capres pejawat itu.

"Jadi bisa terjadi perkawinan alamiah atau bisa dijodohkan," ujar pengamat politik dari Voxpol Center Pangi Syarwi Chaniago, Selasa, (19/6).

Jika Jokowi yang mengajukan calon pendamping, Pangi menilai Jokowi akan memilih calon profesional untuk tetap menjaga soliditas partai koalisi atau figur partai dengan elektabilitas tinggi. Sementara bila Megawati yang menawarkan cawapres, yang muncul kemudian adalah kader PDI-P atau figur profesional yang tidak berpotensi 'merebut kekuasan' di Pilpres 2024.

Karena bagi Jokowi elektabilitas itu sangat penting, dan ia tidak lagi bicara 2024. Sementara logika PDIP bicara setelah 2024. Karena itu, ia menilai PDI-P tidak mau kalau bukan kader mereka untuk keberlanjutan partai. "Kalau panggung cawapres ini diambil oleh orang yang masih terang di 2024 itu membahayakan PDIP," jelasnya.

Lalu siapa nama-nama aktornya, itu akan jadi menarik. Pangi menilai, TGB Zainul Majdi mempunyai peluang untuk bersanding dengan Jokowi. Duet Jokowi-TGB dinilai kombinasi ideal karena perpaduan nasionalis-religis. Dari sisi historis, menurut Pangi, TGB yang gubernur dua periode juga memiliki rekam jejak baik, punya visi misi yang jelas dan mendapat dukungan luas dari kelompok Islam.

"Walaupun TGB juga punya kelemahan. Beliau tidak punya basis suara yang besar karena bukan berasal dari Jawa dan lumbung elektoral di NTB itu kan sedikit," ujarnya.

Nama lain yang bisa saja diusung adalah Chairul Tanjung. Ia menilai, CT bukan tokoh yang ambisius sehingga bisa dipilih oleh Jokowi. Selain CT, Pangi menilai belum ada calon profesional lain yang berpotensi mendampingi Jokowi di Pilpres. Termasuk nama-nama yang sering disebut memiliki elektabilitas tinggi seperti seperti mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo.

Jika dihitung dari basis massa, menurut Pangi, Jokowi akan lebih menguntungkan menggandeng Agus Harimurti Yudhyono ketimbang Gatot. "AHY jelas punya basis, ada 8% modal dukungan Parti Demokrat. Gatot gak punya itu, terutama basis massa partai," ujar dia.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri bertemu di Istana Batu Tulis, Bogor, Selasa (12/6) malam. Keduanya membahas berbagai permasalahan termasuk calon wakil presiden (cawapres) yang akan mendampingi Jokowi dalam Pilpres mendatang.

Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan, pertemuan tersebut merupakan tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya. Pertemuan kali ini secara khusus membahas narasi kemajuan Indonesia Raya.

"Ibu Megawati memberikan apresiasi kepada Bapak Jokowi bahwa mudik Lebaran berjalan lancar. Kerja, kerja, dan kerja terbukti menjadi jawaban paling tepat di tengah berbagai kritikan. Hasilnya sudah terbukti, infrastruktur untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi ke depan telah dibangun dengan baik", ujar Hasto.

Pertemuan di Istana Batu Tulis tersebut sekaligus membahas sejumlah hal strategis. Berkaitan dengan siapa calon wakil presiden (cawapres) yang akan mendampingi Jokowi, Megawati Soekarnoputri memberikan masukan agar segala sesuatunya dilakukan dengan pertimbangan matang. Selain itu, Jokowi diminta melakukan kontemplasi agar benar-benar memahami aspirasi rakyat Indonesia, sambil memohon petunjuk dari Tuhan yang Maha Kuasa.

Baca juga: Alasan Gerindra Sabar Menunggu Pengumuman Cawapres Jokowi

Sementara Partai Gerindra juga memutuskan tidak akan mengumumkan bakal calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) sebelum ada pengumuman dari pejawat, yakni Presiden Joko Widodo (Jokowi). "Ya ini sangat logis ya. Karena kan pemerintah yang sedang berkuasa. Incumbent dan tentunya memiliki confident yang lebih jelas untuk memasuki tahap-tahap ke depan, "kata Sandiaga di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Selasa (19/6).

Keputusan itu juga merupakan bentuk penghormatan kepada pemerintah, dalam hal ini Presiden Jokowi. Dengan Jokowi mengumumkan pasangannya terlebih dahulu, Gerindra dan mitra-mitra koalisinya memiliki cukup waktu untuk mengatur langkah atau strategi di kemudian hari.

"Kita melihat bagaimana konstelasi setelah Pak Presiden menentukan pasangannya. Dan kita akan membentuk tentunya koalisi yang lebih solid lagi dengan fokus di bidang ekonomi dan lapangan pekerjaan. Itu menjadi salah satu yang akan kita garis bawahi ke depan,"ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement