Rabu 20 Jun 2018 06:30 WIB

Waspadai Anomali Cuaca Sepekan ke Depan

Kondisi tersebut menyebabkan peningkatan potensi hujan sedang hingga lebat.

Petir menyambar di kawasan kampung nelayan Pabean udik, Indramayu, Jawa Barat, Kamis (22/2). Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika memperkirakan puncak musim hujan berlangsung hingga bulan Maret dan menghimbau masyarakat akan terjadinya hujan lebat yang dapat mengakibatkan bencana banjir dan longsor.
Foto: ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
Petir menyambar di kawasan kampung nelayan Pabean udik, Indramayu, Jawa Barat, Kamis (22/2). Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika memperkirakan puncak musim hujan berlangsung hingga bulan Maret dan menghimbau masyarakat akan terjadinya hujan lebat yang dapat mengakibatkan bencana banjir dan longsor.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat waspada menghadapi anomali yang dapat memicu peningkatan potensi cuaca ekstrem di sebagian besar wilayah Indonesia dalam sepekan ke depan.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati melalui telekonferen dari Jenewa yang diterima di Jakarta, Selasa (19/6), mengatakan meskipun saat ini memasuki musim kemarau, masyarakat tetap harus waspada terutama dalam seminggu ke depan karena adanya anomali cuaca.

Kewaspadaan perlu dilakukan, terutama di tempat-tempat wisata mengingat saat ini masyarakat masih banyak menghabiskan libur Lebaran 2018. Dirinya meminta semua pihak yang berkepentingan terus memantau perubahan kondisi cuaca demi kesiapsiagaan.

BMKG memprediksi anomali cuaca akibat sistem pola tekanan rendah di Samudera Pasifik sebelah timur Filipina, adanya aliran udara basah dari Samudera Hindia, sistem sirkulasi siklonik di wilayah Samudera Hindia Barat Bengkulu, Selat Karimata dan Selat Makassar yang mengakibatkan terjadinya pola pertemuan aliran udara di bagian selatan Kalimantan, perairan selatan Bangka-Belitung, Sumatra Selatan-Lampung, Bengkulu hingga Samudera Hindia dan belokan angin di wilayah Aceh dan Sumatra Utara.

Kondisi tersebut dapat menyebabkan peningkatan potensi cuaca ekstrem dalam bentuk hujan dengan intensitas sedang hingga lebat. Kondisi ini disertai kilat dan petir dan angin kencang yang terjadi di wilayah Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Bengkulu, Sumatra Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Mulyono R Prabowo mengatakan seminggu ke depan masih dalam suasana arus balik mudik Lebaran 2018 sehingga semua moda transportasi perlu tetap waspada. BMKG, lanjutnya, telah memonitor kondisi cuaca di 12 provinsi termasuk di pelabuhan dan penyeberangan perairan mengingat 70 persen wilayah Indonesia berupa perairan. Maka, pergerakan cuaca di musim libur Lebaran 2018 menjadi penting untuk terus dimonitor dan dicermati seluruh pemangku kepentingan.

Sejumlah kecelakaan di perairan terjadi di Indonesia dalam masa libur Lebaran 2018. Dia sehingga ia mengatakan BMKG menyediakan informasi prediksi cuaca untuk semua moda transportasi termasuk perairan.

Pola angin dalam beberapa hari hingga seminggu ke depan akan memicu tinggi gelombang kisaran tiga hingga empat meter bahkan bisa sampai lima hingga enam meter khususnya di laut terbuka. "Daerah penyeberangan juga menjadi perhatian BMKG, meski secara jarak tempuh lebih pendek hanya satu hingga dua jam penyeberangan feri. Dalam kondisi kapasitas penumpang berlebih tertentu berpengaruh signifikan," ujar dia.

BMKG sudah memberikan peringatan di Sabang dan saat ini tidak ada ijin berlayar demi keselamatan. "Yang seperti ini menjadi tujuan utama BMKG. Kita harap BMKG bisa membantu mengurangi risiko kebencanaan," ujar dia.

Ia juga meminta pengelola daerah wisata di pinggir pantai perlu terus waspada. Wilayah selatan Yogyakarta akan mengalami gelombang tinggi beberapa hari ke depan sehingga masyarakat dan pengelola daerah wisata perlu waspada.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement