Sabtu 16 Jun 2018 17:02 WIB

Pedagang Kembang Kuburan Raup Untung Besar Selama Lebaran

Keuntungan bisa tiga kali lipat dari hari biasa

Petugas membersihkan makam di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Karet Bivak, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat (6/10).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Petugas membersihkan makam di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Karet Bivak, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat (6/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penjual kembang dan air mawar di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta Pusat, mendapatkan berkah pada hari raya Idul Fitri dengan meningkatnya laba penjualan hingga tiga kali lipat dibandingkan hari-hari biasa. Arsyad, yang sudah 50 tahun berjualan di sekitar TPU Karet Bivak, Sabtu mengaku memperoleh keuntungan bersih mencapai Rp 500 ribu dari penjualan kembang dan air mawar pada hari pertama Lebaran, Jumat (15/6).

Keuntungan Rp 500 ribu dalam satu hari sudah teramat besar bagi penjual kembang seperti Arsyad. Di hari-hari biasa, jangankan mendapatkan keuntungan yang cukup besar, bisa untuk tidak merugi saja, Arsyad mengaku sulit.

Pasalnya, kembang merupakan barang dagangan yang tidak bisa dijual dengan sistem konsinyasi. Jika kembang yang sudah dibeli Arsyad dari pemasok tidak laku dijual, maka kembang itu akan busuk dan menjadi kerugian buat Arsyad.

"Di hari-hari biasa kadang yang datang kurang dari sepuluh peziarah. Itu pun mereka belum tentu membeli kembang dari saya. Padahal modal untuk membeli kembang itu besar. Jika kembang tidak laku, ya busuk dan harus saya buang, jadinya rugi," ujarnya.

"Jualan kembang mah 'tawakal' saja. Disyukuri saja," tambah Arsyad.

Arsyad mengaku sebagai salah satu dari segelintir saja pedagang kembang tetap di TPU Karet Bivak. Kebanyakan pedagang di TPU seluas 16,2 hektare itu adalah pedagang musiman yang hanya berjualan saat musim Lebaran saja.

"Ya kami bersaing juga dengan pedagang musiman, tapi tidak saling ganggu. Jika saat ramai seperti ini, memang ada kenaikan untung, tapi tidak terlalu signifikan, dinikmati saja," ujar pria yang dari kecil hidup di kawasan Palmerah, Jakarta Barat.

Arsyad menerima pasokan kembang yang dia jual dari pemasok kembang di sentra kembang Rawa Belong, Jakarta Barat. Meningkatnya jumlah peziarah seperti saat Lebaran ini dimanfaatkan Arsyad dengan berjualan kembang dalam tempo yang lebih lama. Kakek murah senyum itu mengaku sudah berjalan sejak matahari terbit, hingga pukul 18.00 WIB saat matahari terbenam. Biasanya, jumlah peziarah akan mencapai puncaknya pada sore hari.

TPU Karet Bivak dikenal sebagai salah satu lokasi pemakaman di pusat kota Jakarta. Tidak heran, banyak tokoh-tokoh ternama dari mulai pejabat negara hingga aktris dan aktor terkemuka yang dimakamkan di TPU terluas kedua di Jakarta itu.

Sebut saja pahlawan nasional seperti Mohammad Hoesni Thamrin dan Fatmawati yang dimakamkan di TPU tersebut. Kemudian juga pegiat perfilman nasional Usmar Ismail, hingga penceramah kondang Ustaz Jeffry Al Buchori.

Namun, menurut pedagang kembang lainnya, kenaikan keuntungan memang terjadi, tapi tidak signifkan. Selain itu, jumlah peziarah yang datang pun tidak seramai Lebaran tahun lalu.

Edison, pedagang kembang yang sudah berjualan sejak 2012, mengatakan jumlah peziarah di hari pertama Lebaran tahun ini tidak sebanyak pada hari pertama Lebaran tahun lalu. Dia memperkirakan hal itu disebabkan periode libur lebaran tahun ini yang jauh lebih panjang dibandingkan tahun lalu, sehingga warga DKI Jakarta banyak yang berlibur ke luar kota.

"Kemarin sih untungnya Rp 300 ribu, tidak lebih besar dibandingkan tahun lalu," ujarnya.

Selain itu, kata Edison, keuangan yang dia dapat juga tidak maksimal karena tidak bisa menaikkan harga kembang. Padahal pemasok kembang di Rawa Belong, sudah menaikkan harga kembang. Jika dia menaikkan harga kembang, peziarah biasanya akan menawar harga atau beralih ke pedagang lainnya.

"Memang jumlah peziarah meningkat, yang datang juga orang-orang kaya, mobilnya mewah, tapi mereka juga nawar harganya rendah. Ya saya untungnya segitu segitu aja," ujar Edison.

Satu paket kembang dijual Edison sebesar Rp 5.000. "Tapi tetap saja ditawar oleh peziarah, Rp 10 ribu jadi tiga kresek (paket), ya gimana. Padahal kami belinya dari pemasok dengan harga yang sudah naik," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement