Rabu 13 Jun 2018 15:23 WIB

Mentawai Diguncang 6 Kali Gempa Susulan

Gempa di Mentawai tidak berpotensi tsunami.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nur Aini
Gempa. Ilustrasi
Foto: Reuters
Gempa. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat terjadi enam kali gempa susulan setelah terjadi gempa utama berkekuatan 5,8 Skala Richter (SR) pada pukul 06.08 WIB, pada Rabu (13/6) pagi. Rinciannya, gempa susulan pada pukul 06.46 WIB sebesar 5,5 SR dengan pusat gempa di 102 kilometer (km) barat laut Mentawai dan kedalaman hiposenter 10 km.

Gempa susulan kedua terjadi pada pukul 09.07 WIB dengan kekuatan 5,6 SR. Pusat gempanya tercatat di kedalaman 10 km, 110 km barat daya Kepulauan Mentawai. Tak lama setelahnya, gempa susulan ketiga dengan kekuatan 3,5 SR, dengan pusatnya di kedalaman 34 km, 64 km barat daya Kepulauan Mentawai.

Selang beberapa jam kemudian, gempa susulan keempat tepatnya pukul 13.17 WIB tercatat gempa 3,4 SR dengan pusat di kedalaman 25 km, 48 km arah barat daya Kepulauan Mentawai. Gempa susulan kelima, pada pukul 13.59 WIB tercatat gempa dengan kekuatan 5,6 SR pada jarak 107 km barat laut Kepulauan Mentawai di kedalaman 11 km. Lantas gempa susulan keenam pada pukul 14.15 WIB dengan kekuatan 4,1 SR. Episenternya terletak di 87 km barat daya Mentawai dan hiposenter di kedalaman 10 km.

Seluruh gempa yang terjadi tidak berpotensi tsunami. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar juga melaporkan aktivitas warga berjalan seperti biasa, meski rentetan gempa terjadi.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Rahmat Triyono menjelaskan, dengan mengacu pada episenter dan kedalaman hiposenter pada gempa pertama, tampak bahwa gempabumi ini termasuk dalam klasifikasi gempabumi dangkal. Gempa yang terjadi adalah akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia tepatnya di zona Megathrust. Zona Megathrust merupakan zona subduksi lempeng yang berada di Samudra Hindia sebelah barat Sumatra.

"Konvergensi kedua lempeng tersebut membentuk zona subduksi yang menjadi salah satu kawasan sumber gempabumi yang sangat aktif di wilayah Sumatra," kata Rahmat, Rabu (13/6).

BMKG juga menjabarkan, hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi ini dipicu oleh penyesaran naik atau dalam geologi disebut Thrust Fault. Dampak gempa bumi berdasarkan Peta Tingkat Guncangan (Shakemap BMKG) menunjukkan bahwa guncangan dirasakan di daerah Tua Pejat, Mentawai dan Kota Padang.

Rahmat menyebutkan, hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempabumi tersebut. Hasil pemodelan juga menunjukkan bahwa gempa bumi tidak berpotensi tsunami. "Masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement