REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Siti Hediati Harijadi alias Titiek Soeharto memutuskan berpidah haluan partai politik dari Partai Golkar. Dia memilih berlabuh ke Partai Berkarya, yang dipimpin adiknya, Hutomo Mandalo Putra (Tommy Soeharto).
Pengamat politik dari CSIS, Arya Fernandes menuturkan, meski Titiek berpindah ke Partai Berkarya hal ini belum memberikan perubahan signifikan untuk partai tersebut. Sebab partai ini masih terbilang sangat kecil dengan infrastruktur yang belum terbangun secara masif di berbagai daerah di Indonesia.
"Saya kira belum perlu diwaspadai karena mereka partai baru dan belum kuat dalam pengenalan kepada publik," ujar Arya, Selasa (12/6).
Keberadaan Titiek di Partai Berkarya memang membuat banyak pihak berspekulasi bahwa partai ini akan kembali membangun kerajaan cendara yang menititkberatkan pada kekaguman era almarhum Presiden Soeharto dalam berpolitik. Namun hal ini tidak bisa dijalankan dengan optimisme seperti dulu, karena perkembangan politik terus berubah.
Baca juga: Partai Berkarya Bersyukur Titiek Soeharto Pindah Partai
Cara pikir masyarakat dan demografi pemilih juga semakin maju dan bervariasi. Bahkan banyak pemilih yang justru tidak paham mengenai cara berpolitik era Seoharto. Sehingga ketika Partai Berkarya masih melakukan pendekatan layaknya orde baru seperti zaman Soeharto, itu justru bisa menjadi bumerang bagi partai tersebut.
Di sisi lain, euforia masyarakat yang masih kental dengan orde baru zaman Presiden Soeharto pun belum tentu akan memilih Partai Berkarya. Mereka justru masih melekatkan pilihan pada Partai Golkar yang dibangun oleh Soeharto.
Arya menjelaskan, memang ada isu bahwa banyak sosok penting akan masuk ke partai ini, tapi hal itu bisa bisa dibuktikan karena sebenarnya partai lain memiliki infrastruktur lebih baik saat ini. Para politikus pun akan berpikir ulang ketika masuk ke partai Berkarya karena mereka harus memulai dari awal kembali dalam menaikan elektabilitas partai dan individu.
"Migrasi banyak tokoh tidak banyak (berpengaruh) karena itu tadi, infrastrukturnya masih rendah. Kalau jualannya orde baru kan demografi pemilih berubah, ada teknologi baru. Kalau tidak re-branding mereka (Berkarya) tidak akan laku," ujarnya.