Selasa 12 Jun 2018 02:20 WIB

Mengapa Titiek Soeharto Tinggalkan Partai Golkar?

Golkar sangat menyayangkan keluarnya Titiek Soeharto dari partai beringin itu.

Ketua Umum Partai Berkarya Hutomo Mandala Putra (Tommy Soeharto) dan Sekjen Partai Berkarya Priyo Budi Santoso berfoto bersama dengan Siti Hediati Hariyadi (Titiek Soeharto) yang baru bergabung ke Partai Berkarya di Yogyakarta, Senin (11/6).
Foto: dok. Istimewa
Ketua Umum Partai Berkarya Hutomo Mandala Putra (Tommy Soeharto) dan Sekjen Partai Berkarya Priyo Budi Santoso berfoto bersama dengan Siti Hediati Hariyadi (Titiek Soeharto) yang baru bergabung ke Partai Berkarya di Yogyakarta, Senin (11/6).

REPUBLIKA.CO.ID  Oleh: Fauziah Mursid, Febrianto A Saputro

Dinamika politik Indonesia menjelang proses pendaftaran Pilpres 2019 pada Agustus mendatang semakin menyentak. Kini, giliran Siti Hediati Hariyadi yang menarik perhatian publik luas setelah memutuskan keluar dari Partai Golkar.

Siti Hediati yang akrab disapa Titiek Soeharto ini memilih bergabung dengan Partai Berkarya, yang dipimpin adiknya, Tommy Soeharto.  Titiek beralasan dirinya adalah anak biologis mantan Presiden Soeharto. Ia menegaskan tidak bisa berdiam diri untuk tidak menyuarakan jeritan suara rakyat terkait kondisi dan situasi saat ini.

Keputusan bergabung ke Partai Berkarya, kata Titiek, karena dirinya merasa prihatin dengan segala persoalan bangsa yang terjadi akhir-akhir ini. Ia menyebut fenomena banyaknya tenaga kerja asing (TKA) yang bekerja di dalam negeri, maraknya peredaran narkoba, dan persoalan besarnya impor oleh pemerintah saat ini.

TKA kini menyentuh sektor-sektor tenaga kerja masif yang sebetulnya bisa dikerjakan putra-putra bangsa. Ini bisa terlihat di banyak daerah di Tanah Air.

Kondisi yang terjadi sekarang ini kerap membuat Titiek ingin menjerit untuk protes dan menyuarakan hati nurani rakyat. Akan tetapi, dia mengaku tidak bisa melakukannya karena berstatus sebagai kader Partai Golkar, yang notabene mendukung pemerintah.

“Karena itu, saya memutuskan untuk keluar dari Partai Golkar dan memilih untuk memperjuangkan kepentingan rakyat melalui Partai Berkarya," kata Titiek, Senin (11/6).

Titiek mengritik Golkar yang seharusnya berbuat banyak atas kondisi sekarang, alih-alih mengambil posisi sebagai pendukung dan sahabat yang baik untuk pemerintah. Dalam posisi tersebut, Golkar seharusnya sanggup memberikan masukan terkait mana hal-hal baik dan buruk kepada pemerintah. Golkar, tegas Titiek, tidak seharusnya hanya mengekor dan ABS (asal bapak senang).

Titiek pun memutuskan mengundurkan diri dari jabatannya saat ini sebagai anggota DPR, baik di Komisi IV maupun di BKSAP. Ia berharap suatu saat dapat bertemu lagi dengan koleganya di DPR. "I shall return (saya akan kembali)," kata dia.

Golkar bergabung dengan koalisi Pemerintah Jokowi meski pada Pilpres 2014 menyokong Prabowo Subianto, lawan Jokowi. Seiring berjalannya waktu, Golkar dengan nakhoda Setya Novanto kala itu menjadi mitra mesra pemerintah.

Situasi ini dilanjutkan dengan kepemimpinan Golkar saat ini di bawah Airlangga Hartarto. Kini, Airlangga sebagai Ketua Umum Golkar, digadang-gadang menjadi cawapres pejawat Jokowi.

Nama Titiek sebelumnya sempat masuk bursa calon ketua umum Golkar menggantikan Novanto yang ditahan KPK karena kasus korupsi KTP elektronik. Namun kemudian tenggelam, digantikan Airlangga yang mendapat penerimaan positif dari Istana Negara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement