REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Charta Politika merilis hasil survei terkait pemilihan gubernur di Provinsi Jawa Barat (Jabar), Jawa Tengah (Jateng) dan Jawa Timur (Jatim). Dari hasil survei, pilkada di Provinsi Jabar dan Jatim akan sulit diprediksi siapa yang bakal jadi pemenang.
"Kalau kita lihat di tiga daerah ini akan ada dua daerah yang sampai titik terakhir belum bisa ditentukan siapa pemenangnya. Akan sangat sengit bahkan belum tentu akan bisa dibaca di level quick count, yaitu di Jawa Barat dengan Jawa Timur," kata Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya, Kamis (7/6).
Dari hasil survei yang dilakukan, diketahui bahwa selisih antara pasangan Ridwan Kamil-Uu Rhuzanul Ulum dengan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi di bawah margin of error, yaitu di angka 2,8 persen. Sementara untuk di Jawa Timur, lanjut Yunarto, hasilnya lebih ketat lagi. Pasangan Khofifah-Emil dan Gus Ipul-Puti hanya di 0,8 persen yang menyebabkan hasil pilkada ketika diadakan survei itu belum ditentukan siapa yang jadi pemenang.
"Sementara di Jawa Tengah agak berbeda karena selisih dari elektabilitas kedua pasang calon sangat besar, 70 persen melawan 13 persen sehingga menyebabkan ini bisa kita simpulkan dari awal kalau tidak terjadi sebuah tsunami politik dalam skala besar hampir pasti Ganjar Pranowo memiliki peluang besar untuk terpilih kembali," jelasnya.
Selain itu, Yunarto menjelaskan, faktor lain yang bisa mempengaruhi hasil pilpres hanya terjadi di provinsi Jawa Tengah yang memiliki korelasi langsung. Sedangkan untuk di Jawa Barat dan Jawa Timur memiliki korelasi sendiri.
"Misalnya Gerindra yang mendukung Gus Ipul-Puti ternyata lebih banyak mendukung Khofifah-Emil. Pemilih jokowi lebih banyak mendukung Gus Ipul," katanya.
Hal serupa menurut Yunarto juga terjadi di Jawa Barat, bahkan menurut Yunarto untuk di Jawa Barat lebih liar lagi. Seperti misalnya pemilih PDI Perjuangan ebih banyak memilih Deddy Mizwar, bukan Hasanah. Bagaimana pemilih Gerindra lebih memilih Ridwan Kamil-Uu.
"Ini menjelaskan bagaimana faktor partai menjadi faktor sekunder, bukan faktor utama untuk menentukan hasil yang ada di pilkada," ucapnya.