Selasa 05 Jun 2018 15:29 WIB

Disebut Kampus Terpapar Radikalisme, Ini Kata Rektor ITS

Selama ini ITS dinilai tenang-tenang saja.

Taman air mancur Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur.
Foto: its.ac.id
Taman air mancur Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) meminta Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) memberikan data terkait tuduhan lembaga itu tentang kampus ITS yang dinyatakan terpapar radikalisme.

Rektor ITS Prof Joni Hermana di Surabaya, Selasa (5/6), mengucapkan terima kasih kepada BNPT yang sudah memberi peringatan bahwa ITS adalah salah satu dari tujuh perguruan tinggi tersusupi radikalisme. Ia menganggap, selama ini kondisi ITS tenang dan tak ada masalah.

"Kami menunggu dari BNPT untuk memberikan data dan membantu ITS menulusuri titiknya di mana. Melawan radikalisme tidak mudah karena tidak terlihat. Kami mohon dibantu untuk bisa mengidentifikasi agar tidak salah langkah," kata Joni.

Joni menyatakan, ITS sudah menelusuri karyawan yang mempunyai paham seperti itu, namun masih dibatasi kepada mereka yang terlibat organisasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). "Tapi ini juga sebagai proses pembelajaran bagi kita seperti apa yang dimaksud dengan radikalisme agar bisa melakukan antisipasi dengan benar," katanya.

Ditanya adanya penyusupan paham radikal ke Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Joni menegaskan, pihak kampus sudah melakukan pembinaan secara berjenjang. Sejak mahasiswa baru masuk ke ITS, sudah melakukan proses pendidikan berupa pelatihan yakni spiritual dan kebangsaan yang diharapkan dengan demikian wawasan mereka lebih baik dan memahami mereka bagian dari NKRI.

"Ada proses pendidikan dan pengaderan yang berlangsung sekitar dua minggu yang dilakukan secara terintegral sehingga membuat bisa memberi pemahaman yang baik ke mahasiswa," ujarnya.

Selanjutnya, dalam setahun berjalan mereka diwajibkan masuk UKM. UKM di bawah pembinaan Direktur Kemahasiswaan ITS. Dari situ ITS berupaya sebaik mungkin mencegah adanya penyusupan. "Tapi sekali lagi, melawan radikalisme itu melawan sesuatu yang tidak kentara sehingga perlu tambahan informasi dari BNPT, polisi dan lainnya agar dalam proses pembinaan terhadap mahasiswa bisa dilakukan dengan baik dan tidak sampai tersusupi hal-hal yang tidak diinginkan," ucapnya.

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyatakan infiltrasi atau penyusupan paham radikalisme sudah masuk ke kampus-kampus dengan melibatkan mahasiswa. "Jadi semua sel-sel (paham radikalisme) itu sudah masuk tapi tingkatannya berbeda," ujar Kepala BNPT, Komjen Pol Suhardi Alius saat menyampaikan kuliah umum di Gedung Sasana Budaya Ganesa (Sabuga) Kota Bandung, Sabtu (10/2).

Suhardi mengatakan, infiltrasi paham radikalisme juga diduga dilakukan oleh staf pengajar atau dosen kepada mahasiswanya. BNPT sudah mulai memetakan sejumlah dosen atau tenaga pengajar yang diduga memiliki paham radikalisme dan tidak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement