REPUBLIKA.CO.ID, PONOROGO -- Produksi jenang dan dodol di industri rumahan Teguh Rahardjo, Ponorogo, Jawa Timur, melonjak hingga mencapai 1.000 persen selama ramadhan dan menjelang Lebaran.
Pemilik industri rumahan Teguh Rahardjo, Sri Harijati (66 tahun), menuturkan pada hari biasa di luar Ramadhan, industri rumahan yang dikelola rata-rata memproduksi 300 hingga 500 kotak karton. Setiap kotak berisi sekitar tiga ons jenang.
Produksi rata-rata di luar bulan ramadhan antara 300 hingga 500 kotak per hari. “Sedangkan pada bulan ramadhan rata-rata memproduksi 5.000 kotak karton per hari," ujar Sri Harijati ditemui di rumahnya Jalan Wibisono 90 Kepatihan, Ponorogo, Sabtu (2/6).
Untuk bisa memenuhi permintaan konsumen yang melonjak hingga sepuluh kali lipat tersebut, Sri Harijati menambah 15 orang tenaga kerja. Pada hari-hari biasa, ia mempekerjakan 30 orang tenaga kerja.
“Memasuki bulan ramadhan, saya menambah 15 orang tenaga kerja pocokan (musiman)," kata dia.
Meskipun permintaan jenang dan dodol melonjak. Namun, dia mengaku tidak menaikkan harga. Sri mengatakan dia tidak ingin memanfaatkan kesempatan momentum lebaran dengan menaikkan harga.
“Jadi harganya tetap stabil, yaitu rata-rata Rp 17.500 per kotak karton. Setiap kotak berisi sekitar tiga ons untuk segala jenis jenang dan dodol," tuturnya.
Khusus makanan tradisional madumongso, lanjut dia, harganya Rp 30 ribu per kotak. "Khusus madumongso harganya Rp 30.000 per pak. Karena proses pembuatannya butuh waktu lebih lama dan lebih rumit," jelasnya.
Industri rumahan yang dikelola oleh Sri memproduksi berbagai macam jenang dan dodol. Antara lain, jenang ketan, beras, wajik, ketan wijen, krasikan, kentang. Selain itu juga dodol waluh, kacang hijau, mangga, nanas, sirsat, pisang dan masih ada beberapa lagi.