REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah Riau mencatat seluas 1.870,96 hektare lahan di wilayah tersebut hangus terbakar sepanjang Januari-Mei 2018. Lima wilayah di antaranya mengalami kebakaran dengan luas di atas 100 hektare.
"Kebakaran terluas terjadi di Kabupaten Kepulauan Meranti yang mencapai 896,61 hektare," kata Kepala BPBD Riau, Edwar Sanger di Pekanbaru, Senin (28/5).
Setelah Meranti, Kabupaten Bengkalis menjadi wilayah ke dua dengan luas lahan terparah yang hangus terbakar sepanjang musim kemarau periode pertama 2018 dengan total lahan mencapai 345,5 hektare.
Kabupaten Siak menempati posisi ke tiga dengan luas lahan terbakar mencapai 131,5 hektare, selanjutnya diikuti Kabupaten Indragiri Hulu 128,5 hektare serta Kota Dumai 120 hektare.
Beberapa wilayah yang mengalami kebakaran lahan cukup parah diantaranya adalah Kabupaten Rokan Hilir 97,75 hektare, Pelalawan 63 hektare, Pekanbaru 34,6 hektare, Kampar 20,75 hektare, Indragiri Hilir 31 hektare dan Rokan Hilir satu hektare.
Dia mengatakan bahwa kondisi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Provinsi Riau berpotensi memburuk setelah Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan wilayah itu akan kembali memasuki musim kemarau pada awal Juni hingga September 2018 mendatang.
Untuk itu, Edwar menjelaskan pemerintah provinsi Riau sepakat memperpanjang status siaga darurat Karhutla hingga 30 November 2018.
"Kita sepakat Satgas semua menetapkan perpanjangan status mulai 1 Juni sampai 30 November 2018," kata Edwar yang juga menjabat sebagai Wakil Komandan Satuan Tugas (Satgas) Karhutla Riau.
Pemerintah Provinsi Riau sebelumnya telah menetapkan status Siaga Karhutla sejak 19 Februari 2018 lalu, dan akan berakhir pada 31 Mei 2018 mendatang. Saat itu, penetapan status tersebut dilakukan setelah sebelumnya sebagian besar wilayah Riau mulai dilandar kebakaran hebat.
Sementara itu, Edwar mengatakan berdasaran rapat evaluasi yang dilakukan di Posko Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin pekan lalu, Satgas Karhutla mengambil sejumlah kesimpulan.
Pertama, dia menguraikan bahwa berdasarkan prakiraan BMKG Stasiun Pekanbaru, sebagian wilayah Riau segera memasuki kemarau. "Kemarau di Riau diprediksi akan berlangsung hingga September mendatang. Terus kenapa kita tetapkan hingga November? Itu sebagai bentuk antisipasi kita," terangnya.
Selanjutnya, dia menuturkan bahwa pelaksanaan pemilihan kepala daerah (Pilkada), tepatnya pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Riau, serta Bupati dan Wakil Bupati di Indragiri Hilir, menjadi salah satu alasan perpanjangan status siaga tersebut.
"Dan terakhir tentu saja sesuai arahan presiden agar kita turut mensukseskan Asian Games," ujarnya.