REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Sejumlah warga yang menjadi korban keracunan tutut (keong sawah) di Kampung Sawah, Kelurahan Tanah Baru, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat mengaku trauma mengonsumsi tutut kembali.
Siti Dahlia (35 tahun), warga RT 01/RW07, yang ditemui Ahad (27/5), harus bermalam di Puskesmas Bogor Utara untuk menjaga suami dan anaknya yang dirawat akibat keracunan tutut. Dedi (40) dan Sahira (sembilan), suami dan anak Siti terpaksa tidur di satu tempat tidur karena kapasitas Puskesmas yang kelebihan daya tampung. Selain itu, karena kondisi Dedi tidak separah Sahira yang mengalami panas tinggi.
Menurut Siti, suami dan anaknya makan tutut yang dibeli dari warung Mang Juju dekat rumahnya. Tutut tersebut merupakan titipan Bu Yayah si pembuat tutut.
"Sudah rutin makan tutut setiap Ramadhan, hampir setiap hari, cuma baru kali ini yang kejadian. Biasanya tidak pernah sampai seperti ini (keracunan)," kata Siti.
Ada lima pasien dirawat di ruang rawat inap Puskesmas Bogor Utara, semuanya tetangga Siti. Mereka sama-sama mengonsumsi tutut. Ada yang membeli pada Rabu, dan ada juga yang membeli di Kamis.
Baca juga: Keracunan Massal di Bogor karena Keong Sawah
Desi (29) yang merawat anaknya Asyasia (10) serta keponakannya, mengaku tutut yang dimakan saat itu rasanya beda dari hari-hari sebelumnya. "Kata keponakan saya, tutut yang dimakan bau," kata Desi meniru ucapan keponakannya.
Desi mengaku malam sebelum kejadian, ia sempat ditawari Mang Juju untuk membeli tutut yang belum habis terjual, tetapi ia menolak lantaran kurang suka makanan tersebut. Sedangkan anaknya Asyasia rutin membeli setiap harinya.
"Kata orang-orang tututnya enak, tapi saya tidak suka," kata Desi.
Menurut warga, tutut salah satu makanan favorit yang paling dicari setiap Ramadhan karena rasanya enak. Tutut diolah atau dimasak dengan gulai cair dan dikonsumsi sebagai cemilan. Mang Juju dan Bu Yayah adalah pedagang tutut yang sudah dikenal warga sekitar. Setiap Ramadhan mereka menyediakan tutut dan hidangan berbuka lainnya.