Selasa 22 May 2018 03:40 WIB

KAHMI Berupaya Atasi Masalah Ketimpangan Manusia

KAHMI mengubah orientasi arah kebijakan organisasi.

Rep: Novita Intan/ Red: Bayu Hermawan
 Kamrussamad (kiri)
Foto: Darmawan / Republika
Kamrussamad (kiri)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Korps Alumni HMI (KAHMI) terus berupaya meminimalisir munculnya ketimpangan kehidupan manusia. Tidak hanya di Indonesia, kepedulian KAHMI juga ditujukan untuk berbagai konflik di belahan dunia.

Presidium Majelis Nasional KAHMI Kamrusammad mencontohkan konflik Timur Tengah, telah melahirkan kesengsaraan berkepanjangan rakyat. Begitu juga dengan konflik Rohingya melahirkan krisis kemanusiaan. Kemudian di dalam negeri terjadi berbagai bencana alam dalam kurun empat tahun terakhir sehingga membuat rakyat mengungsi.

"Hal ini yang membuat kita akhirnya tidak bisa tinggal diam, sehingga harus mengambil sikap yang jelas dan tegas," ujarnya dalam keterangan tulis, Jakarta, Selasa (22/5).

Akibat ketimpangan tersebut, menurut Kamrusammad, membuat KAHMI melahirkan terobosan program inspiratif berupa KAHMIPreneur yang fokus pada penciptaan enterpreneur muda bidang ekonomi, kemudian KAHMI Care focus pada pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang terdampak gizi buruk, serta KAHMI LAZIS yang bertugas menghimpun potensi alumni HMI untuk mengatasi kesenjangan social,.

"Selain itu juga ada KAHMI Institute untuk mempercepat pemerataan pendidikan yang berkualitas dan terjangkau, KAHMI LBH merupakan pelayanan, pelindungan dan penegakan keadilan serta advokasi bagi yang tertindas hak-hak hukum. Jadi KAHMI untuk kemanusiaan adalah reorientasi arah kebijakan organisasi dari elitis aristoktrat menjadi publik service for humanity," jelasnya.

Kamrusammad juga menjelaskan pembentukan social enterpreneur adalah membuat perubahan sosial, bukan bikin unit usaha. Menurutnya, social entrepreneurship bukan melakukan kapitalisasi atas modal sosial untuk perubahan pendapatan ekonomi, melainkan memanfaatkan teknik bisnis untuk mencari solusi atas masalah sosial.

"Jadi arahnya meningkatkan ekonomi masyarakat," ujarnya.

Kendati demikian, menurutnya menjadi social entrepreneur bukanlah hal yang mudah. Sebab, hal yang diutamakan kepentingan masyarakat dari pada kepentingan pribadi. "Artinya, dia telah selesai atau sudah dapat mengatasi permasalahan pribadinya sendiri, sehingga dapat menambah beban amanah untuk membantu masyarakat," tegasnya.

Beberapa tantangan yang harus dihadapi antara lain adalah masalah pendanaan, cara menggerakkan dan membangun kepercayaan masyarakat. Sosial investor juga memiliki peran penting dalam keberlangsungan social entrepreneur ini, baik dukungan dari pemerintah maupun pihak lainnya.

Pada dasarnya entrepreneur yang hanya menciptakan kapitalisme baru tanpa tujuan sosial hanya akan membuat masyarakat menjadi pencari pekerjaan dan sulit menjadi aktor dalam peningkatan ekonomi negara.

"Memang harus ada keberanian untuk mulai membentuk perubahan sehingga setiap individu harus diupayakan untuk dapat menjadi bermanfaat dan membuat perubahan lebih baik dilingkungannya, tidak lagi hanya mementingkan dirinya sendiri," ujar Sammad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement