REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rilis rekomendasi 200 Dai yang dikeluarkan Kementerian Agama RI dinilai sebagai blunder yang berimplikasi buruk terhadap citra Presiden Joko Widodo. Terlebih Jokowi sedang gencar-gencarnya membangun komunikasi dengan tokoh umat Islam.
Peneliti senior Lingkaran Survei Indonesia (LSI Denny JA), Toto Izul Fatah mengatakan, rilis rekomendasi 200 Dai tersebut tidak hanya mengganggu citra Kementerian Agama, namun juga mengganggu citra Jokowi.
“Sangat disesalkan pilihan sikap Kementerian Agama yang kurang peka dengan perkembangan situasi politik saat ini, di mana Presiden Jokowi sedang gencar membangun komunikasi harmonis dengan kalangan Islam, khususnya para tokoh tokoh Islam, tiba-tiba mengeluarkan rilis rekomendasi 200 Dai,” kata Toto Izul Fatah saat dihubungi Republika.co.id, Sabtu (19/5).
Apalagi, lanjut Toto, rilis itu keluar pada saat momentum duka pasca terjadinya rentetan isu teroris di sejumlah wilayah yang menelan banyak korban jiwa. Dalam kontek ini, menurut Toto, Kementerian Agama seolah-olah sedang memberi kesan atribusi terhadap sejumlah tokoh Islam. Seolah ada dai atau penceramah agama, antara yang radikal, dengan dai yang moderat anti anti teroris.
"Padahal, dari sejumlah tokoh agama itu, rasanya tak ada satu pun dai yang pro teroris. Mereka sepakat berjamaah mengecam teroris,” ungkapnya.
Menurut Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Denny JA ini, jika kesan ini menguat dan massif, bukan mustahil akan berimplikasi terhadap munculnya sikap antipati umat Islam terhadap pemerintah.
“Ini jelas sangat merugikan pemerintah. Dengan rilis Kementerian Agama ini para tokoh Islam diberi ruang yang luas untuk terkotak-kotak menjadi, setidaknya, dua kotak besar, antara yang pro pemerintah dengan yang anti pemerintah. Sekali lagi, ini sangat tidak kondusif buat persatuan dan kesatuan bangsa. Sebab, jika terjadi pengkotakan yang ekstrim, yang rugi bukan saja umat Islam, tapi berimplikasi juga kepada umat lain,” jelas Toto.
Toto menyarankan agar Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin segera memberi penjelasan yang utuh tentang rilis tersebut. Kalau perlu, kata dia, mencabutnya demi kepentingan yang lebih besar. Yaitu, terhindarnya bangsa ini dari gejolak politik yang tidak perlu.
“Jangan sampai muncul hastag yang massif #Tak Penting Rekomendasi Lukman Hakim, yang penting Rekomendasi Allah,” kata Toto berseloroh.
Demi tetap terjadinya keutuhan bangsa, Toto juga mengingatkan agar para tokoh Islam di luar daftar 200 Dai tidak terprovokasi oleh rilis kementerian agama itu.
“Berbaik sangka saja lah, kalau banyak para Dai yang tak masuk dalam rekomendasi itu, bukan berarti Anda radikal atau anti pemerintah, tapi Menteri Agama mungkin lupa atau belum sempat memasukan nama-nama Anda. Dan toh ini tak juga membuat Anda tak berhenti berdakwah atau berceramah,” tandasnya.
Kementerian Agama mengeluarkan daftar rekomendasi ustaz. Namun, dari 200 ustaz tersebut tidak ada nama Ustaz Abdul Somad dan sejumlah ustaz kondang lainnya. Selain Ustaz Somad, tidak ada juga nama Ustaz Adi Hidayat, Ustaz Hanan Attaki, dan Ustaz Khalid Basalamah yang 'merajai' laman Youtube. Selain itu tidak ada juga nama KH Yahya Zainul Ma'arif (Buya Yahya), dan Imam Besar FPI, Habib Rizieq Shihab.
"Selama ini, Kementerian Agama sering dimintai rekomendasi muballigh oleh masyarakat. Belakangan, permintaan itu semakin meningkat, sehingga kami merasa perlu untuk merilis daftar nama muballigh," ujar Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dalam siaran persnya di Jakarta, Jumat (18/5).
Menag menjelaskan, pada tahap awal Kemenag merilis 200 daftar nama muballigh. Ratusan mubaligh tersebut, kata Menag, dipilih karena memenuhi tiga kriteria.
"Yaitu mempunyai kompetensi keilmuan agama yang mumpuni, reputasi yang baik, dan berkomitmen kebangsaan yang tinggi," ucap dia.
Baca Juga: Ustaz Somad tak Masuk Daftar Rekomendasi Mubaligh Kemenag
Daftar nama ini merupakan rilis awal yang dihimpun dari masukan tokoh agama, ormas keagamaan, dan tokoh masyarakat. Namun, para muballigh yang belum masuk dalam daftar ini, bukan berarti tidak memenuhi tiga kriteria tersebut. "Artinya, data ini bersifat dinamis dan akan kami update secara resmi," ucap Lukman.
Direktur Penerangan Agama Islam Kementerian Agama (Kemenag), Khoiruddin menjelaskan tentang tidak dimasukkannya Ustaz Abdul Somad (UAS) dan sejumlah ustaz lainnya ke dalam daftar 200 mubalig yang direkomendasikan Kemenag. Menurut dia, Ustaz Somad tidak bersedia dimasukkan ke daftar tersebut.
"Awalnya ada (masuk daftar). Beliau tidak bersedia untuk dimasukin. Karena tanpa dimasuki sudah banyak yang panggil jadwal sangat padat hingga dua tahun ke depan," ujar Khoiruddin saat dikonfirmasi Republika.co.id, Jumat (18/5).
Baca Juga: Tak Masuk Rekomendasi Ulama Kemenag, Ini Kata Ustaz Somad
Dia mengatakan, 200 penceramah tersebut memang bersumber dari Direktorat Penerangan Agama Islam. Menurut dia, daftar itu dirilis atas rekomendasi ormas Islam dan masjid-masjid besar.
"Izin berdasarkan dari rekomondasi ormas Islam dan masjid-masjid besar di Jakarta dan sekitarnya. Biasanya data ini bertidak sebagai khatib Jumat dan pengajian rutin," jelasnya.