Sabtu 19 May 2018 13:19 WIB

Kompolnas Sebut Mendeteksi Keluarga Teroris Sulit

Pengebom membawa satu keluarga merupakan fenomena baru di dunia.

Rep: Dian Erika Nugraheny/ Red: Nur Aini
Kediaman keluarga pelaku bom bunuh diri di Jalan Wonorejo Asri XI Blok K/22, Rungkut, Surabaya.
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Kediaman keluarga pelaku bom bunuh diri di Jalan Wonorejo Asri XI Blok K/22, Rungkut, Surabaya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisioner Komisi Kepolisian Indonesia (Kompolnas), Bekto Suprapto, mengakui jika mendeteksi keluarga yang berpotensi menjadi teroris merupakan pekerjaan yang sulit. Dia pun menyebut jika fenomena pengebom yang membawa satu keluarga merupakan fenomena baru di dunia.

"Teroris yang menggunakan satu keluarga adalah fenomena baru. Bukan hanya di Indonesia, tapi juga di dunia," ujar Bekto dalam diskusi di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (18/5).

Menurutnya, belum ada negara-negara lain di luar Indonesia yang melakukan kegiatan teror bersama dengan anak-anak. Fenomena tersebut, kata Bekto, membutuhkan kajian yang serius oleh berbagai pihak terkait.

Dalam konteks kejadian teror bom di Surabaya dan Sidoarjo, kata dia, sudah ditemukan fakta bahwa tiga keluarga yang terlibat saling terhubung satu sama lain. Kegiatan mereka, komunikasi mereka, guru spiritual, dan pimpinan mereka telah terungkap.

"Kajian itu sekarang sedang terus berjalan, dan kita semua tentu harus berhati-hati. Sebab sangat susah sekali mendeteksi keluarga-keluarga yang berpotensi menjadi teroris," kata Bekto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement