Kamis 17 May 2018 23:16 WIB

Pemerintah Maksimal Dampingi Keluarga Korban Bom di Jatim

Pemerintah melalui LDP terus mendampingi dan melakukan advokasi sosial

Kegiatan Layanan Dampingan Psikososial
Foto: ist
Kegiatan Layanan Dampingan Psikososial

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah melalui Tim Layanan Dukungan Psikososial (LDP) terus mendampingi dan melakukan advokasi sosial kepada keluarga korban meninggal dan korban luka pengeboman tiga gereja di Surabaya dan Rusunawa Wonocolo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial, Harry Hikmat, menjelaskan Tim LDP dibagi ke sejumlah titik.

"Kami telah intruksikan seluruh anggota tim untuk 'all out' membantu bersama unsur relawan lainnya. Yang paling mendesak adalah melaksanakan pendampingan psikososial, seperti trauma healing," ujar Harry dalam keterangan tertulis, Kamis (17/5).

Tim LDP terdiri dari unsur Taruna Siaga Bencana (TAGANA), Tenaga Pelopor Perdamaian, dan Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK).

Beberapa titik pendampingan di antaranya tersebar di delapan rumah sakit di Surabaya dan pendampingan warga terdampak ledakan di Rusunawa Wonocolo, Kabupaten Sidoarjo.

Kemudian juga dilakukan di Media Center Polda Jawa Timur untuk memantau perkembangan informasi terbaru dan selanjutnya akan di informasikan ke Pusdalops Tagana Jatim.

Dirjen menjelaskan pendampingan psikososial yang dilakukan di antaranya adalah mengunjungi keluarga korban meninggal untuk bersilaturahmi dan menyampaikan duka cita.

Selanjutnya menyampaikan persyaratan-persyaratan agar ahli waris mendapatkan santunan kematian dari Kemensos.

"Begitu juga dengan korban luka, pendampingan terus berjalan secara intensif dan melalui pendekatan-pendekatan personal agar segala sesuatunya berjalan lancar. Kami tekankan untuk sangat berhati-hati mengingat suasana batin mereka masih sangat berduka," katanya.

Harry mengatakan, proses pendekatan keluarga harus mengedepankan etika dan memahami situasi yang diliputi rasa kehilangan dan kesedihan. Proses komunikasi dengan keluarga korban terus berjalan dan dijalankan dengan baik oleh Tagana dan Tenaga Perlopor Perdamaian.

Ia menyebutkan berdasarkan laporan tim LDP, hingga Selasa siang (15/5) jumlah korban luka yang telah terdata sebanyak 94 orang dan pendataan ahli waris korban meninggal sebanyak 18 orang.

Jumlah santunan kematian untuk setiap ahli waris adalah Rp15 juta per jiwa dan santunan untuk korban luka-luka maksimal Rp 5 juta per jiwa.

"Perlu waktu memang untuk melakukan pendataan. Tim LDP harus mendalami kondisi keluarga korban, menyampaikan rasa duka, serta jelaskan misi bahwa mereka diutus pemerintah untuk melakukan pendampingan psikososial. Perlahan setelah komunikasi berjalan, mereka bisa memahami," kata Dirjen.

Bahkan, lanjutnya, ada beberapa keluarga yang sama sekali tidak sanggup berkomunikasi dengan tim LDP karena perasaan duka yang sangat mendalam.

"Akhirnya tidak dipaksakan. Kami minta tim mengulang lagi keesokan harinya," kata Harry.

Sementara itu Anggota Tim LDP Provinsi Jawa Timur Twi Adi mengungkapkan di Rusunawa Wonocolo mulai dilakukan layanan dukungan psikososial oleh Tagana dan Tenaga Pelopor Perdamaian dari Kabupaten Sidoarjo sebanyak 25 orang. Dengan bergabungnya tim Sidoarjo ini menambah jumlah Tim LDP menjadi 100 orang.

Kegiatan LDP dilakukan di aula rusunawa Tower A karena Tower B yang merupakan lokasi ledakan telah dipasang garis batas polisi dan dijaga ketat oleh aparat untuk dilakukan investigasi. Warga tower B yang diungsikan ke Tower A sebanyak 94 kepala keluarga.

"Seluruh penghuni tower B harus meninggalkan unit hunian mereka dan untuk sementara tinggal di aula rusunawa. Untuk memberikan perlindungan kepada warga terdampak, kami mendirikan Dapur Umum Lapangan, serta bantuan berupa selimut, peralatan dapur, family kit, mainan anak-anak, dan lain-lain," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement