REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Tim dosen Universitas `Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta dari program keperawatan yang memberikan pelatihan produksi dan promosi Makanan Pendamping ASI di Dusun Mejing Lor Ambarketawang Gamping, Sleman, DI Yogyakarta, belum lama ini, mendapat hibah pengabdian masyarakat Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Pendidikan Tinggi (Dikti).
Menurut ketua tim, Yuni Purwati, program yang mereka ajukan tentang Pelatihan Pembuatan dan Promosi Makanan Pendamping ASI (MP ASI). Dalam program ini Yuni bersama dua dosen lainnya yakni Suri Salmiyati dan Rosiana Nur Imalah.
Sebagai bentuk implementasi, mereka mengadakan pelatihan produksi dan promosi MP ASI di Dusun Mejing Lor yang berada di Kabupaten Sleman. Kegiatan dihadiri oleh ibu-ibu kader Dukuh Mejing Lor Yamtini dan perwakilan Puskesmas Gamping I Sekti Riyantina.
Alasan memilih dusun Mejing Lor sebagai tujuan pelatihan, kata Yuni, karena dilatarbelakangi oleh mahasiswa Unisa pada 2017 telah melakukan praktik komunitas di Mejing Lor. Dari data yang didapat mahasiswa, ditemukan masalah di Mejing Lor bahwa terdapat balita di wilayah posyandu setempat dalam kondisi di bawah garis merah pada pemantauan Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita.
Fenomena yang terjadi pada masyarakat di Dusun Mejing Lor dalam pemberian MP-ASI , ibu cenderung lebih memilih memberikan MP-ASI instan yang telah tersedia berbagai rasa dan digunakan untuk berbagai tingkat usia anak. Hal ini dianggap lebih praktis, murah, dan mencukupi kandungan gizinya karena tertera jelas di kemasan MP-ASI instan.
Menurutnya, ibu cenderung menjadi korban iklan MP-ASI instan yang menawarkan keunggulan. Di samping itu, dengan alasan kesibukan, ekonomi, dan kepraktisan dalam penyajian, MP-ASI pada anak usia enam bulan ke atas diberikan dengan produk- produk MP-ASI instan yang banyak diiklankan.
"Ataupun diberikan makanan dewasa seadanya seperti nasi lembek, bubur diberikan kuah dengan atau tanpa sayur dan lauk yang tidak sesuai dengan usia anak dan nilai gizi berdasarkan kebutuhan anak," ujarnya, Kamis (17/5).
Selain itu, kata Yuni menambahkan, ada juga bayi yang mendapat makanan padat seperti pisang atau roti bayi walaupun usia belum mencukupi enam bulan. Ibu kurang memahami bahwa pemberian MP-ASI pada saat sebelum enam bulan dapat mengganggu sistem pencernaan.
Dikatakan, program kemitraan masyarakat ini disambut baik oleh pihak Puskesmas Gamping I Sleman dan Dusun Mejing Lor Ambarketawang, untuk mengentaskan masalah gizi dan tumbuh kembang balita. Terlebih lagi sangat bermanfaat untuk meningkatkan taraf penghasilan kader kesehatan di wilayah Dusun Mejing Lor Ambarketawang Gamping Sleman pada khususnya.
Di bagian lain Rosiana mengatakan nantinya akan ada beberapa tahapan setelah pelatihan dilakukan, yaitu pendampingan sampai launching produk tersebut. Tahap awal implementasi program kemitraan masyarakat yaitu dilaksanakannya pelatihan produksi dan promosi MP-ASI.
Pada materi pertama dikenalkan jenis-jenis bahan makanan, nilai gizi, cara pengolahan, tekstur, dan pemberian MP-ASI berdasarkan tingkat usia bayi dan anak. Selanjutnya materi kedua, kader posyandu dikenalkan jenis-jenis MP-ASI sesuai dengan tingkat usia bayi, praktek pemilihan bahan makanan, pengolahan, dan penyajiannya.
Sedangkan pada materi ketiga, imbuhnya, peserta diajarkan strategi promosi dalam pemasaran MP-ASI. Setelah kegiatan program kemitraan masyarakat ini diharapkan kegiatan produksi dan pemasaran MP-ASI dapat berlangsung secara terus menerus setiap hari dengan menu yang bervariasi dan sesuai dengan tingkat usia bayi.
"Dengan demikian harapan bayi dan balita sehat dengan status gizi dan tumbuh kembang yang optimal," ujarnya.